Rabu, 29 Maret 2023

Laila majnun

 

 Sumber
   
https://tausyah.wordpress.com/Majnun-Laila

Majnun (Qais) dan Laila

Tentu Antum/Anti sudah pernah mendengar maupun membaca kisah ini sebelumnya, suatu kisah cinta yang kerap dijadikan para ustadz/ustadzah sebagai perumpamaan dalam menyampaikan ceramah – ceramah mereka. Kisah ini begitu terkenal pada zamannya sampai sekarang ini, ratusan tahun lamanya sebelum kisah “Romeo & Juliet” oleh Wiliam Shakespeare  yang di agung-agungkan didunia barat.

Selamat Membaca..

Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiliki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil.

Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka berdua. “Mengapa tidak?” jawab sang kepala suku. “Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya.”

Mereka pun bersujud kepada ALLAH, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang terluka. “Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami.”

Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan ALLAH menganugerahi mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh semua orang. Ia tampan, bermata besar, dan berambut hitam, yang menjadi pusat perhatian dan kekaguman.

Sejak awal, Qais telah memperlihatkan kecerdasan dan kemampuan fisik istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang dan memainkan musik, menggubah syair dan melukis.

Ketika sudah cukup umur untuk masuk sekolah, ayahnya memutuskan membangun sebuah sekolah yang indah dengan guru-guru terbaik di Arab yang mengajar di sana , dan hanya beberapa anak saja yang belajar di situ. Anak-anak lelaki dan perempuan dan keluarga terpandang di seluruh jazirah Arab belajar di sekolah baru ini.

Di antara mereka ada seorang anak perempuan dari kepala suku tetangga. Seorang gadis bermata indah, yang memiliki kecantikan luar biasa. Rambut dan matanya sehitam malam; karena alasan inilah mereka menyebutnya Laila-”Sang Malam”. Meski ia baru berusia dua belas tahun, sudah banyak pria melamarnya untuk dinikahi, sebab-sebagaimana lazimnya kebiasaan di zaman itu, gadis-gadis sering dilamar pada usia yang masih sangat muda, yakni sembilan tahun.

Laila dan Qais adalah teman sekelas. Sejak hari pertama masuk sekolah, mereka sudah saling tertarik satu sama lain. Seiring dengan berlalunya waktu, percikan ketertarikan ini makin lama menjadi api cinta yang membara. Bagi mereka berdua, sekolah bukan lagi tempat belajar.

Kini, sekolah menjadi tempat mereka saling bertemu. Ketika guru sedang mengajar, mereka saling berpandangan. Ketika tiba waktunya menulis pelajaran, mereka justru saling menulis namanya di atas kertas. Bagi mereka berdua, tak ada teman atau kesenangan lainnya. Dunia kini hanyalah milik Qais dan Laila.

Mereka buta dan tuli pada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai mengetahui cinta mereka, dan gunjingan-gunjingan pun mulai terdengar. Di zaman itu, tidaklah pantas seorang gadis dikenal sebagai sasaran cinta seseorang dan sudah pasti mereka tidak akan menanggapinya. Ketika orang-tua Laila mendengar bisik-bisik tentang anak gadis mereka, mereka pun melarangnya pergi ke sekolah. Mereka tak sanggup lagi menahan beban malu pada masyarakat sekitar.

Ketika Laila tidak ada di ruang kelas, Qais menjadi sangat gelisah sehingga ia meninggalkan sekolah dan menyelusuri jalan-jalan untuk mencari kekasihnya dengan memanggil-manggil namanya. Ia menggubah syair untuknya dan membacakannya di jalan-jalan.
https://tausyah.wordpress.com/laila-majnun

Kisah Cinta

Ia hanya berbicara tentang Laila dan tidak juga menjawab pertanyaan orang-orang kecuali bila mereka bertanya tentang Laila. Orang-orang pun tertawa dan berkata, ” Lihatlah Qais , ia sekarang telah menjadi seorang majnun, gila!”

Akhirnya, Qais dikenal dengan nama ini, yakni “Majnun”. Melihat orang-orang dan mendengarkan mereka berbicara membuat Majnun tidak tahan. Ia hanya ingin melihat dan berjumpa dengan Laila kekasihnya. Ia tahu bahwa Laila telah dipingit oleh orang tuanya di rumah, yang dengan bijaksana menyadari bahwa jika Laila dibiarkan bebas bepergian, ia pasti akan menjumpai Majnun.

Majnun menemukan sebuah tempat di puncak bukit dekat desa Laila dan membangun sebuah gubuk untuk dirinya yang menghadap rumah Laila. Sepanjang hari Majnun duduk-duduk di depan gubuknya, disamping sungai kecil berkelok yang mengalir ke bawah menuju desa itu.

Ia berbicara kepada air, menghanyutkan dedaunan bunga liar, dan Majnun merasa yakin bahwa sungai itu akan menyampaikan pesan cintanya kepada Laila. Ia menyapa burung-burung dan meminta mereka untuk terbang kepada Laila serta memberitahunya bahwa ia dekat.

Ia menghirup angin dari barat yang melewati desa Laila. Jika kebetulan ada seekor anjing tersesat yang berasal dari desa Laila, ia pun memberinya makan dan merawatnya, mencintainya seolah-olah anjing suci, menghormatinya dan menjaganya sampai tiba saatnya anjing itu pergi jika memang mau demikian. Segala sesuatu yang berasal dari tempat kekasihnya dikasihi dan disayangi sama seperti kekasihnya sendiri.

Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan jejak Laila. Kerinduannya kepada Laila demikian besar sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihatnya kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia berbicara kepada mereka hanya tentang Laila, tentang betapa ia sangat kehilangan dirinya.

Suatu hari, tiga anak laki-laki, sahabatnya yang datang mengunjunginya demikian terharu oleh penderitaan dan kepedihan Majnun sehingga mereka bertekad membantunya untuk berjumpa kembali dengan Laila. Rencana mereka sangat cerdik. Esoknya, mereka dan Majnun mendekati rumah Laila dengan menyamar sebagai wanita. Dengan mudah mereka melewati wanita-wanita pembantu dirumah Laila dan berhasil masuk ke pintu kamarnya.

Majnun masuk ke kamar, sementara yang lain berada di luar berjaga-jaga. Sejak ia berhenti masuk sekolah, Laila tidak melakukan apapun kecuali memikirkan Qais. Yang cukup mengherankan, setiap kali ia mendengar burung-burung berkicau dari jendela atau angin berhembus semilir, ia memejamkan.matanya sembari membayangkan bahwa ia mendengar suara Qais didalamnya.

Ia akan mengambil dedaunan dan bunga yang dibawa oleh angin atau sungai dan tahu bahwa semuanya itu berasal dari Qais. Hanya saja, ia tak pernah berbicara kepada siapa pun, bahkan juga kepada sahabat-sahabat terbaiknya, tentang cintanya.

Pada hari ketika Majnun masuk ke rumah Laila, ia merasakan kehadiran dan kedatangannya. Ia mengenakan pakaian sutra yang sangat bagus dan indah. Rambutnya dibiarkan lepas tergerai dan disisir dengan rapi di sekitar bahunya. Matanya diberi celak hitam, sebagaimana kebiasaan wanita Arab, dengan bedak hitam yang disebut surmeh.

Bibirnya diberi yang seperti lipstick merah, dan pipinya yang kemerah-merahan tampak menyala serta menampakkan kegembiraannya. Ia duduk di depan pintu dan menunggu. Ketika Majnun masuk, Laila tetap duduk. Sekalipun sudah diberitahu bahwa Majnun akan datang, ia tidak percaya bahwa pertemuan itu benar-benar terjadi.

Majnun berdiri di pintu selama beberapa menit, memandangi, sepuas-puasnya wajah Laila. Akhirnya, mereka bersama lagi! Tak terdengar sepatah kata pun, kecuali detak jantung kedua orang yang dimabuk cinta ini. Mereka saling berpandangan dan lupa waktu.

Salah seorang wanita pembantu di rumah itu melihat sahabat-sahabat Majnun di luar kamar tuan putrinya. Ia mulai curiga dan memberi isyarat kepada salah seorang pengawal. Namun, ketika ibu Laila datang menyelidiki, Majnun dan kawan-kawannya sudah jauh pergi. Sesudah orang-tuanya bertanya kepada Laila, maka tidak sulit bagi mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Kebisuan dan kebahagiaan yang terpancar dimatanya menceritakan segala sesuatunya.

Sesudah terjadi peristiwa itu, ayah Laila menempatkan para pengawal di setiap pintu di rumahnya. Tidak ada jalan lain bagi Majnun untuk menghampiri rumah Laila, bahkan dari kejauhan sekalipun. Akan tetapi jika ayahnya berpikiran bahwa, dengan bertindak hati-hati ini ia bisa mengubah perasaan Laila dan Majnun, satu sama lain, sungguh ia salah besar.

Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah Laila, ia memutuskan untuk mengakhiri drama itu dengan melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah kafilah penuh dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa Laila. Sang tamu pun disambut dengan sangat baik, dan kedua kepala suku itu berbincang-bincang tentang kebahagiaan anak-anak mereka.

Ayah Majnun lebih dulu berkata, “Engkau tahu benar, kawan, bahwa ada dua hal yang sangat penting bagi kebahagiaan, yaitu “Cinta dan Kekayaan”.

Anak lelakiku mencintai anak perempuanmu, dan aku bisa memastikan bahwa aku sanggup memberi mereka cukup banyak uang untuk mengarungi kehidupan yang bahagia dan menyenangkan. Mendengar hal itu, ayah Laila pun menjawab, “Bukannya aku menolak Qais.

Aku percaya kepadamu, sebab engkau pastilah seorang mulia dan terhormat,” jawab ayah Laila. “Akan tetapi, engkau tidak bisa menyalahkanku kalau aku berhati-hati dengan anakmu. Semua orang tahu perilaku abnormalnya. Ia berpakaian seperti seorang pengemis.

Ia pasti sudah lama tidak mandi dan iapun hidup bersama hewan-hewan dan menjauhi orang banyak. “Tolong katakan kawan, jika engkau punya anak perempuan dan engkau berada dalam posisiku, akankah engkau memberikan anak perempuanmu kepada anakku?”

Ayah Qais tak dapat membantah. Apa yang bisa dikatakannya? Padahal, dulu anaknya adalah teladan utama bagi awan-kawan sebayanya? Dahulu Qais adalah anak yang paling cerdas dan berbakat di seantero Arab? Tentu saja, tidak ada yang dapat dikatakannya.

Bahkan, sang ayahnya sendiri susah untuk mempercayainya. Sudah lama orang tidak mendengar ucapan bermakna dari Majnun. “Aku tidak akan diam berpangku tangan dan melihat anakku menghancurkan dirinya sendiri,” pikirnya. “Aku harus melakukan sesuatu.”

Ketika ayah Majnun kembali pulang, ia menjemput anaknya, Ia mengadakan pesta makan malam untuk menghormati anaknya. Dalam jamuan pesta makan malam itu, gadis-gadis tercantik di seluruh negeri pun diundang. Mereka pasti bisa mengalihkan perhatian Majnun dari Laila, pikir ayahnya.

Di pesta itu, Majnun diam dan tidak mempedulikan tamu-tamu lainnya. Ia duduk di sebuah sudut ruangan sambil melihat gadis-gadis itu hanya untuk mencari pada diri mereka berbagai kesamaan dengan yang dimiliki Laila. Seorang gadis mengenakan pakaian yang sama dengan milik Laila; yang lainnya punya rambut panjang seperti Laila, dan yang lainnya lagi punya senyum mirip Laila.

Namun, tak ada seorang gadis pun yang benar-benar mirip dengannya, Malahan, tak ada seorang pun yang memiliki separuh kecantikan Laila. Pesta itu hanya menambah kepedihan perasaan Majnun saja kepada kekasihnya. Ia pun berang dan marah serta menyalahkan setiap orang di pesta itu lantaran berusaha mengelabuinya.

Dengan berurai air mata, Majnun menuduh orang-tuanya dan sahabat-sahabatnya sebagai berlaku kasar dan kejam kepadanya. Ia menangis sedemikian hebat hingga akhirnya jatuh ke lantai dalam keadaan pingsan. Sesudah terjadi petaka ini, ayahnya memutuskan agar Qais dikirim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dengan harapan bahwa Allah akan merahmatinya dan membebaskannya dari cinta yang menghancurkan ini.

Di Makkah, untuk menyenangkan ayahnya, Majnun bersujud di depan altar Kabah, tetapi apa yang ia mohonkan? “Wahai Yang Maha Pengasih, Raja Diraja Para Pecinta, Engkau yang menganugerahkan cinta, aku hanya mohon kepada-Mu satu hal saja,”Tinggikanlah cintaku sedemikian rupa sehingga, sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup.” Ayahnya kemudian tahu bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk anaknya.

Usai menunaikan ibadah haji, Majnun yang tidak mau lagi bergaul dengan orang banyak di desanya, pergi ke pegunungan tanpa memberitahu di mana ia berada. Ia tidak kembali ke gubuknya. Alih-alih tinggal dirumah, ia memilih tinggal direruntuhan sebuah bangunan tua yang terasing dari masyarakat dan tinggal didalamnya.

Sesudah itu, tak ada seorang pun yang mendengar kabar tentang Majnun. Orang-tuanya mengirim segenap sahabat dan keluarganya untuk mencarinya. Namun, tak seorang pun berhasil menemukannya. Banyak orang berkesimpulan bahwa Majnun dibunuh oleh binatang-binatang gurun sahara. Ia bagai hilang ditelan bumi.

Suatu hari, seorang musafir melewati reruntuhan bangunan itu dan melihat ada sesosok aneh yang duduk di salah sebuah tembok yang hancur. Seorang liar dengan rambut panjang hingga ke bahu, jenggotnya panjang dan acak-acakan, bajunya compang-camping dan kumal. Ketika sang musafir mengucapkan salam dan tidak beroleh jawaban, ia mendekatinya. Ia melihat ada seekor serigala tidur di kakinya.

“Hus” katanya, ‘Jangan bangunkan sahabatku.” Kemudian, ia mengedarkan pandangan ke arah kejauhan. Sang musafir pun duduk di situ dengan tenang. Ia menunggu dan ingin tahu apa yang akan terjadi. Akhimya, orang liar itu berbicara. Segera saja ia pun tahu bahwa ini adalah Majnun yang terkenal itu, yang berbagai macam perilaku anehnya dibicarakan orang di seluruh jazirah Arab.

Tampaknya, Majnun tidak kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan binatang-binatang buas dan liar. Dalam kenyataannya, ia sudah menyesuaikan diri dengan sangat baik sehingga lumrah-lumrah saja melihat dirinya sebagai bagian dari kehidupan liar dan buas itu.

Berbagai macam binatang tertarik kepadanya, karena secara naluri mengetahui bahwa Majnun tidak akan mencelakakan mereka. Bahkan, binatang-binatang buas seperti serigala sekalipun percaya pada kebaikan dan kasih sayang Majnun. Sang musafir itu mendengarkan Majnun melantunkan berbagai kidung pujiannya pada Laila.

Mereka berbagi sepotong roti yang diberikan olehnya. Kemudian, sang musafir itu pergi dan melanjutkan petjalanannya. Ketika tiba di desa Majnun, ia menuturkan kisahnya pada orang-orang. Akhimya, sang kepala suku, ayah Majnun, mendengar berita itu. Ia mengundang sang musafir ke rumahnya dan meminta keteransran rinci darinya. Merasa sangat gembira dan bahagia bahwa Majnun masih hidup, ayahnya pergi ke gurun sahara untuk menjemputnya.

Ketika melihat reruntuhan bangunan yang dilukiskan oleh sang musafir itu, ayah Majnun dicekam oleh emosi dan kesedihan yang luar biasa. Betapa tidak! Anaknya terjerembab dalam keadaan mengenaskan seperti ini. “Ya Tuhanku, aku mohon agar Engkau menyelamatkan anakku dan mengembalikannya ke keluarga kami,” jerit sang ayah menyayat hati. Majnun mendengar doa ayahnya dan segera keluar dari tempat persembunyiannya.

Dengan bersimpuh dibawah kaki ayahnya, ia pun menangis, “Wahai ayah, ampunilah aku atas segala kepedihan yang kutimbulkan pada dirimu. Tolong lupakan bahwa engkau pernah mempunyai seorang anak, sebab ini akan meringankan beban kesedihan ayah. Ini sudah nasibku mencinta, dan hidup hanya untuk mencinta.” Ayah dan anak pun saling berpelukan dan menangis. Inilah pertemuan terakhir mereka.

Keluarga Laila menyalahkan ayah Laila lantaran salah dan gagal menangani situasi putrinya. Mereka yakin bahwa peristiwa itu telah mempermalukan seluruh keluarga. Karenanya, orangtua Laila memingitnya dalam kamamya. Beberapa sahabat Laila diizinkan untuk mengunjunginya, tetapi ia tidak ingin ditemani. Ia berpaling kedalam hatinya, memelihara api cinta yang membakar dalam kalbunya.
https://tausyah.wordpress.com/Sedih

kesedihan

Untuk mengungkapkan segenap perasaannya yang terdalam, ia menulis dan menggubah syair kepada kekasihnya pada potongan-potongan kertas kecil. Kemudian, ketika ia diperbolehkan menyendiri di taman, ia pun menerbangkan potongan-potongan kertas kecil ini dalam hembusan angin. Orang-orang yang menemukan syair-syair dalam potongan-potongan kertas kecil itu membawanya kepada Majnun. Dengan cara demikian, dua kekasih itu masih bisa menjalin hubungan.

Karena Majnun sangat terkenal di seluruh negeri, banyak orang datang mengunjunginya. Namun, mereka hanya berkunjung sebentar saja, karena mereka tahu bahwa Majnun tidak kuat lama dikunjungi banyak orang. Mereka mendengarkannya melantunkan syair-syair indah dan memainkan serulingnya dengan sangat memukau.

Sebagian orang merasa iba kepadanya; sebagian lagi hanya sekadar ingin tahu tentang kisahnya. Akan tetapi, setiap orang mampu merasakan kedalaman cinta dan kasih sayangnya kepada semua makhluk. Salah seorang dari pengunjung itu adalah seorang ksatria gagah berani bernama ‘Amar, yang berjumpa dengan Majnun dalam perjalanannya menuju Mekah. Meskipun ia sudah mendengar kisah cinta yang sangat terkenal itu di kotanya, ia ingin sekali mendengarnya dari mulut Majnun sendiri.

Drama kisah tragis itu membuatnya sedemikian pilu dan sedih sehingga ia bersumpah dan bertekad melakukan apa saja yang mungkin untuk mempersatukan dua kekasih itu, meskipun ini berarti menghancurkan orang-orang yang menghalanginya! Kaetika Amr kembali ke kota kelahirannya, Ia pun menghimpun pasukannya. Pasukan ini berangkat menuju desa Laila dan menggempur suku di sana tanpa ampun. Banyak orang yang terbunuh atau terluka.

Ketika pasukan ‘Amr hampir memenangkan pertempuran, ayah Laila mengirimkan pesan kepada ‘Amr, “Jika engkau atau salah seorang dari prajuritmu menginginkan putriku, aku akan menyerahkannya tanpa melawan. Bahkan, jika engkau ingin membunuhnya, aku tidak keberatan. Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah bisa kuterima, jangan minta aku untuk memberikan putriku pada orang gila itu”.

Majnun mendengar pertempuran itu hingga ia bergegas kesana. Di medan pertempuran, Majnun pergi ke sana kemari dengan bebas di antara para prajurit dan menghampiri orang-orang yang terluka dari suku Laila. Ia merawat mereka dengan penuh perhatian dan melakukan apa saja untuk meringankan luka mereka.

Amr pun merasa heran kepada Majnun, ketika ia meminta penjelasan ihwal mengapa ia membantu pasukan musuh, Majnun menjawab, “Orang-orang ini berasal dari desa kekasihku. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi musuh mereka?” Karena sedemikian bersimpati kepada Majnun, ‘Amr sama sekali tidak bisa memahami hal ini.

Apa yang dikatakan ayah Laila tentang orang gila ini akhirnya membuatnya sadar. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur dan segera meninggalkan desa itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Majnun.

Laila semakin merana dalam penjara kamarnya sendiri. Satu-satunya yang bisa ia nikmati adalah berjalan-jalan di taman bunganya. Suatu hari, dalam perjalanannya menuju taman, Ibn Salam, seorang bangsawan kaya dan berkuasa, melihat Laila dan serta-merta jatuh cinta kepadanya.

Tanpa menunda-nunda lagi, ia segera mencari ayah Laila. Merasa lelah dan sedih hati karena pertempuran yang baru saja menimbulkan banyak orang terluka di pihaknya, ayah Laila pun menyetujui perkawinan itu. Tentu saja, Laila menolak keras. Ia mengatakan kepada ayahnya, “Aku lebih senang mati ketimbang kawin dengan orang itu.”

Akan tetapi, tangisan dan permohonannya tidak digubris. Lantas ia mendatangi ibunya, tetapi sama saja keadaannya. Perkawinan pun berlangsung dalam waktu singkat. Orangtua Laila merasa lega bahwa seluruh cobaan berat akhirnya berakhir juga.

Akan tetapi, Laila menegaskan kepada suaminya bahwa ia tidak pernah bisa mencintainya. “Aku tidak akan pernah menjadi seorang istri,” katanya. “Karena itu, jangan membuang-buang waktumu. Carilah seorang istri yang lain. Aku yakin, masih ada banyak wanita yang bisa membuatmu bahagia.”

Sekalipun mendengar kata-kata dingin ini, Ibn Salam percaya bahwa, sesudah hidup bersamanya beberapa waktu larnanya, pada akhirnya Laila pasti akan menerimanya. Ia tidak mau memaksa Laila, melainkan menunggunya untuk datang kepadanya.

Ketika kabar tentang perkawinan Laila terdengar oleh Majnun, ia menangis dan meratap selama berhari-hari. Ia melantunkan lagu-Iagu yang demikian menyayat hati dan mengharu biru kalbu sehingga semua orang yang mendengarnya pun ikut menangis. Derita dan kepedihannya begitu berat sehingga binatang-binatang yang berkumpul di sekelilinginya pun turut bersedih.

Namun, kesedihannya ini tak berlangsung lama, sebab tiba-tiba Majnun merasakan kedamaian dan ketenangan batin yang aneh. Seolah-olah tak terjadi apa-apa, ia pun terus tinggal di reruntuhan itu. Perasaannya kepada Laila tidak berubah dan malah menjadi semakin lebih dalam lagi.

Dengan penuh ketulusan, Majnun menyampaikan ucapan selamat kepada Laila atas perkawinannya: “Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku, sekalipun engkau telah memilih orang lain sebagai pendampingmu. Janganlah pernah lupa bahwa ada seseorang yang, meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil namamu, Laila”.

Sebagai jawabannya, Laila mengirimkan sebuah anting-anting sebagai tanda pengabdian tradisional. Dalam surat yang disertakannya, ia mengatakan, “Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku demikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun. Engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu” .

“Kini, aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara kita yang lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?.

Tahun demi tahun berlalu, dan orang-tua Majnun pun meninggal dunia. Ia tetap tinggal di reruntuhan bangunan itu dan merasa lebih kesepian ketimbang sebelumnya. Di siang hari, ia mengarungi gurun sahara bersama sahabat-sahabat binatangnya. Di malam hari, ia memainkan serulingnya dan melantunkan syair-syairnya kepada berbagai binatang buas yang kini menjadi satu-satunya pendengarnya. Ia menulis syair-syair untuk Laila dengan ranting di atas tanah.

Selang beberapa lama, karena terbiasa dengan cara hidup aneh ini, ia mencapai kedamaian dan ketenangan sedemikian rupa sehingga tak ada sesuatu pun yang sanggup mengusik dan mengganggunya. Sebaliknya, Laila tetap setia pada cintanya. Ibn Salam tidak pernah berhasil mendekatinya.

Kendatipun ia hidup bersama Laila, ia tetap jauh darinya. Berlian dan hadiah-hadiah mahal tak mampu membuat Laila berbakti kepadanya. Ibn Salam sudah tidak sanggup lagi merebut kepercayaan dari istrinya. Hidupnya serasa pahit dan sia-sia. Ia tidak menemukan ketenangan dan kedamaian di rumahnya. Laila dan Ibn Salam adalah dua orang asing dan mereka tak pernah merasakan hubungan suami istri. Malahan, ia tidak bisa berbagi kabar tentang dunia luar dengan Laila.

Tak sepatah kata pun pernah terdengar dari bibir Laila, kecuali bila ia ditanya. Pertanyaan ini pun dijawabnya dengan sekadarnya saja dan sangat singkat. Ketika akhirnya Ibn Salam jatuh sakit, ia tidak kuasa bertahan, sebab hidupnya tidak menjanjikan harapan lagi. Akibatnya, pada suatu pagi di musim panas, ia pun meninggal dunia.

Kematian suaminya tampaknya makin mengaduk-ngaduk perasaan Laila. Orang-orang mengira bahwa ia berkabung atas kematian Ibn Salam, padahal sesungguhnya ia menangisi kekasihnya, Majnun yang hilang dan sudah lama dirindukannya.  Selama bertahun-tahun, ia menampakkan wajah tenang, acuh tak acuh, dan hanya sekali saja ia menangis.
https://tausyah.wordpress.com/

Laila

Kini, ia menangis keras dan lama atas perpisahannya dengan kekasih satu-satunya. Ketika masa berkabung usai, Laila kembali ke rumah ayahnya. Meskipun masih berusia muda, Laila tampak tua, dewasa, dan bijaksana, yang jarang dijumpai pada diri wanita seusianya. Sementara api cintanya makin membara, kesehatan Laila justru memudar karena ia tidak lagi memperhatikan dirinya sendiri. Ia tidak mau makan dan juga tidak tidur dengan baik selama bermalam-malam.

Bagaimana ia bisa memperhatikan kesehatan dirinya kalau yang dipikirkannya hanyalah Majnun semata? Laila sendiri tahu betul bahwa ia tidak akan sanggup bertahan lama. Akhirnya, penyakit batuk parah yang mengganggunya selama beberapa bulan pun menggerogoti kesehatannya. Ketika Laila meregang nyawa dan sekarat, ia masih memikirkan Majnun.

Ah, kalau saja ia bisa berjumpa dengannya sekali lagi untuk terakhir kalinya! Ia hanya membuka matanya untuk memandangi pintu kalau-kalau kekasihnya datang. Namun, ia sadar bahwa waktunya sudah habis dan ia akan pergi tanpa berhasil mengucapkan salam perpisahan kepada Majnun. Pada suatu malam di musim dingin, dengan matanya tetap menatap pintu, ia pun meninggal dunia dengan tenang sambil bergumam, Majnun…Majnun. .Majnun.

Kabar tentang kematian Laila menyebar ke segala penjuru negeri dan, tak lama kemudian, berita kematian Lailapun terdengar oleh Majnun. Mendengar kabar itu, ia pun jatuh pingsan di tengah-tengah gurun sahara dan tetap tak sadarkan diri selama beberapa hari. Ketika kembali sadar dan siuman, ia segera pergi menuju desa Laila.

Nyaris tidak sanggup berjalan lagi, ia menyeret tubuhnya di atas tanah. Majnun bergerak terus tanpa henti hingga tiba di kuburan Laila di luar kota . Ia berkabung dikuburannya selama beberapa hari.

Ketika tidak ditemukan cara lain untuk meringankan beban penderitaannya, per1ahan-lahan ia meletakkan kepalanya di kuburan Laila kekasihnya dan meninggal dunia dengan tenang. Jasad Majnun tetap berada di atas kuburan Laila selama setahun. Belum sampai setahun peringatan kematiannya ketika segenap sahabat dan kerabat menziarahi kuburannya, mereka menemukan sesosok jasad terbujur di atas kuburan Laila.

Beberapa teman sekolahnya mengenali dan mengetahui bahwa itu adalah jasad Majnun yang masih segar seolah baru mati kemarin. Ia pun dikubur di samping Laila. Tubuh dua kekasih itu, yang kini bersatu dalam keabadian, kini bersatu kembali.

Diambil dari Negeri Sufi ( Tales from The Land of Sufis )

Tentang Penulis Laila Majnun, Syaikh Sufi Mawlana Hakim Nizhami qs :
Syaikh Hakim Nizhami qs merupakan penulis sufi terkemuka diabad pertengahan karena dua roman cinta yang menyayat hati, yaitu Laila & Majnun serta Khusrau & Syirin. Kisah sedih Laila & Majnun , dimana Majnun yang berarti “Tergila-gila akan Cinta”, karena cintanya yang tak sampai pada Laila, akhirnya membuatnya gila.

https://tausyah.wordpress.com

Ac.

01000001 01110011 01110111 01100001 01100100 01111001 00100000 01000011 01101000 01100001 01101001 01110010 01110101 01101100 01101100 01100001 01101000

Sabtu, 11 Februari 2023

Sya ir wahai po ma

 Tawajjoh

Salaamun ....Salaamun .....

Salaamun 'alaiiik.................

Ayyuhan nabiyy ..Salaamun 'alaiiik..

Yaa   Habiibiii....Ya Salaam...........

Yaa  Salaaam.........................................

Yaa Rasuul......Ya Salaam.....Ya Salaam....

Ya Habiibullaaah........

Yoh masa ban lahee..
Nabi muhammad..
Neu jak meutawaf  ka'bah mulia
Abdul muthalleb.....Thalleb....
Meulingka ka'bah....ka'bah.....
Siraa  neeupeugaah... Salaamun 'alaika....


Ya Allaah ...Ya rabbanaaa....
Waghfirlanaa. . Kul....la .....dzambiiin...
Dii berkaati ... Sayyidin Nabiyy...
Muuhammad.....Khairul bashaariii....

Allah... Baitul makmuur dii langet tujooh
Teumpat Tawaaf ...maalaikat suci...

Allaah Rajin-rajin dzikeer dan tawajjoh
Berpegang teguuh ikot Sunnah Nabii..


Wahai poma

Wahai oh poma

Poma janjongan

Pubut di sinan dalam nuraka..

Wahai aneuk lon

Ulon ka seusat

Hana lon tobat masa lam donya..

Masa yoh lam donya ..

Mangat that lon eeh..

Bantai meutindeeh..

Ngon ija sutra..

Watee ka matee

Got that lon seudeehh..

Tanoh meutindeeh...

Meugunca@gunca

"Wahee tubooh ...

Ingat keu Nyaweung"

"Wahai bungong

Ingat keu malaa"

Matee tubooh ..

Bumoe tarimeung..

Ka tinggai Nyawong

Malaaikat  Baa..

Laa i laaha il lal laaah....

Kalimat Thayyibah

Beukai keu matee...

Barang kasoe..

Beunci kaalimah...

Patah lidah..

Watee rab matee...

"Barang kasoe..

Beunci kaalimah...

Patah lidaah....

Watee rab mateee....

Dapat ini syair : 2008

Di posting : 12 februari 2023

A.c

12:37 wib.














Jumat, 23 April 2021

ITTIBA' NABI DARI KITAB

 

 

 

 

 

AS – SYAMAIL

Kepribadian dan Budi Pekerti Rasulullah saw.

 

Muhammad bin `Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami.

(Imam at-Tirmidzi)

 

  1/BENTUK TUBUH RASULULLAH SAW

 

Hadits :01

 

"Rasulullah saw. bukanlah orang yang berperawakan terlalu tinggi, namun tidak

pula pendek. Kulitnya tidak putih bule juga tidak sawo matang. Rambutnya ikal,

tidak terlalu keriting dan tidak pula lurus kaku. Beliau diangkat Allah (menjkadi

rasul) dalam usia empat puluh tahun. Beliau tingal di Mekkah (sebagai Rasul)

sepuluh tahun dan di madinah sepuluh tahun. Beliau pulang ke Rahmatullah

dalam usia enam puluh tahun. Pada kepala dan janggutnya tidak terdapat

sampai dua puluh lembar rambut yang telah berwarna putih."

 

(diriwayatkan oleh Abu Raja' Qutaibah bin Sa'id, dari Malik bin Anas, dari Rabi'ah bin Abi

`Abdurrahman yang bersumber dari *Anas bin Malik r.a)

 

• Anas bin Malik r.a adalah Abu Nadhr Anas bin Malik al Anshari al Bukhari al Khazraji. Ia

tinggal bersama Rasulullah saw dan membantu Beliau selama sepuluh tahun.Dan ia adalah

sahabat yang paling akhir meninggal dunia di Bashrah, yaitu pada tahun 71 H.

Perawi menghilangkan bilangan satuannya dari puluhan (digenapkan) . Karena kebanyakan

riwayat menyatakan bahwa Rasulullah saw tinggal di Mekkah sebagai Rasul 13 tahun, dan

wafat pada usia 63 tahun.

 

Hadits : 02

 

"Aku tak pernah melihat orang yang berambut panjang terurus rapi, dengan mengenakan

pakaian merah, yang lebih tampan dari Rasulullah saw. Rambutnya mencapai

kedua bahunya.Kedua bahunya bidang. beliau bukanlah seorang yang

berperawakan pendek dan tidak pula terlampau tinggi."

 

(diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki',dari Sufyan, Dari Abi Ishaq, yang

bersumber dari al Bara bin `Azib r.a)

 

Hadits : 03

 

"Rasulullah saw. tidak berperawakan terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek.

Beliau berperawakan sedang diantara kaumnya. Rambut tidak keriting bergulung

dan tidak pula lurus kaku, melainkan ikal bergelombang. Badannya tidak gemuk,

dagunya tidak lancip dan wajahnya agak bundar. Kulitnya putih kemerahmerahan.

Matanya hitam pekat dan bulu matanya lentik. Bahunya bidang. beliau

memiliki bulu lebat yang memanjang dari dada sampai ke pusat. Tapak tangan

dan kakinya terasa tebal. Bila Beliau berjalan, berjalan dengan tegap seakanakan

Beliau turun ke tempat yang rendah. Bila Beliau berpaling maka seluruh

badannya ikut berpaling. Diantara kedua bahunya terdapat Khatamun Nubuwah,

yaitu tanda kenabian. Beliau memiliki hati yang paling pemurah diantara

manusia. Ucapannya merupakan perkataan yang paling benar diantar semua

orang. Perangainya amat lembut dan beliau paling ramah dalam pergaulan.

Barang siapa melihatnya, pastilah akan menaruh hormat padanya. Dan barang

siapa pernah berkumpul dengannya kemudian kenal dengannya tentulah ia akan

mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya, pastilah akan berkata: "Belum

pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya orang yang seistimewa Beliau

saw."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin `Ubadah ad Dlabi al Bashri, juga diriwayatkan oleh `Ali bin

Hujr dan Abu Ja'far bin Muhammad bin al Husein, dari `Isa bin Yunus, dari `Umar bin

`Abdullah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari salah seorang putera `Ali bin Abi Thalib k.w.

yang bersumber dari `Ali bin Abi Thalib k.w.)

 

Hadits : 04

 

"Telah diperlihatkan kepadaku para Nabi. Adapun Nabi Musa a.s. bagaikan

seorang laki laki dari suku Syanu'ah*. Kulihat pula Nabi `Isa bin Maryan a.s.

ternyata orang yang pernah kulihat mirip kepadanya adalah `Urwah bin Mas'ud*,

Kulihat pula Nabi Ibranim a.s. ternyata orang yang mirip kepadanya adalah

kawan kalian ini (yaitu Nabi saw sendiri). Kulihat jibril ternyata orang yang pernah

kulihat mirip kepadanya adalah Dihyah*."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'ad dari Laits bin Sa'id, dari Abi Zubair yang bersumber

dari Jabir bin `Abdullah r.a.)

 

• Suku Syanu'ah terdapat di Yaman perawakan mereka sedang.

• Urwah bin Mas'ud as Tsaqafi adalah sahabat Rasulullah saw ia memeluk islam pada tahun 9H.

• Dihyah adalah seorang sahabat Rasulullah saw yang mengikuti jihad fi sabilillah setelah

perang Badar. Ia pun merupakan salah seorang pengikut Bai'atur Ridlwan yang bersejarah.

 

Hadits : 05

 

"Rasulullah mempunyai gigi seri yang renggang. Bila Beliau berbicara terlihat

seperti ada cahaya yang memancar keluar antara kedua gigi serinya itu."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Ibrahim bin Mundzir al Hizami, dari

`Abdul `Aziz bin Tsabit az Zuhri, dari Ismail bin Ibrahim, dari Musa bin `Uqbah, dari Kuraib

yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

 

 

 

 

  2/BENTUK KHATAMUN NUBUWAH.

 

Hadits : 06

 

"Aku pernah melihat khatam (kenabian)…. Ia terletak antara kedua bahu

Rasulullah saw. Bentuknya seperti sepotong daging berwarna merah sebesar

telur burung dara."

 

(Diriwayatkan oleh Sa'id bin Ya'qub at Thalaqani dari Ayub bin Jabir, dari Simak bin Harb

yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)

 

Hadits : 07

 

"Apabila `Ali k.w. menceritakan sifat Rasulullah saw. maka ia akan bercerita

panjang lebar. Dan ia akan berkata: `Diantara kedua bahunya terdapat Khatam

kenabian, yaitu khatam para Nabi.

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin `Ubadah ad Dlabi `Ali bin Hujr dan lainnya, yang mereka

terima dari Isa bin Yunus dari `Umar bin `Abdullah, dari `Ibrahim bin Muhammad yang

bersumber dari salah seorang putera `Ali bin Abi Thalib k.w.)

 

Hadits : 08

 

Dalam suatu riwayat, Alba'bin Ahmar al Yasykuri mengadakan dialog dengan

Abu Zaid `Amr bin Akhthab al Anshari r.a. sbb: "Abu Zaid berkata: `Rasulullah

saw bersabda kepadaku : `Wahai Abu Zaid mendekatlah kepadaku dan usaplah

punggungku'. Maka punggungnya kuusap, dan terasa jari jemariku menyentuh

Khatam. Aku (alba' bin Ahmar al Yasykuri) bertanya kepada Abu Zaid: `Apakah

Khatam itu?' Abu Zaid menjawab: `kumpulan bulu-bulu*'.

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu `Ashim dari `Uzrah bin Tsabit yang

bersumber dari Alba'bin Ahmar al Yasykuri)

 

• Ia mengatakan kumpulan bulu-bulu dikarenakan ia hanya dapat merasakan dengan rabaan

tangannya saja, tidak melihat dengan mata kepala. Jadi yang dikatakan itu hanya berdasar

rabaan belaka, yang teraba olehnya adalah bulu yang tumbuh di sekitar Khatam

 

 3/RAMBUT RASULULLAH SAW

 

Hadits : 09

 

"Rambut Rasulullah saw mencapai pertengahan kedua telinganya."

 

(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Ismail bin Ibrahim, dari Humaid yang bersumber dari

Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 10

 

"Rasulullah saw. adalah seorang yang berbadan sedang, kedua bahunya bidang,

sedangkan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Abu Qathan, dari Syu'bah dari Abi Ishaq yang

bersumber dari al Bara' bin `Azib r.a.)

 

Hadits : 11

 

"Rambut Rasulullah saw. tidak terlampau keriting, tidak pula lurus kaku,

rambutnya mencapai kedua daun telingannya. "

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir bin Hazim, dari Hazim

yang bersumber dari Qatadah)

 

Hadits : 12

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw., dulunya menyisir rambutnya ke belakang,

sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambut mereka ke kiri dan ke kanan,

dan Ahlul Kitab menyisir rambutnya ke belakang. Selama tidak ada perintah lain,

Rasulullah saw. Senang menyesuaikan diri dengan Ahlul Kitab.

Kemudian,Rasulullah saw. menyisir rambutnya ke kiri dan ke kanan."

 

(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Yunus bin Yazid,

dari az Zuhri, dari `Ubaidilah bin `Abdullah bin `Utbah, yang bersumber dari Ibnu `Abbas

r.a.)

 

  4/CARA BERSISIR RASULULLAH SAW


Hadits : 13

 

"Rasulullah saw. sering meminyaki rambutnya, menyisir janggutnya dan sering

waktu menyisir rambutnya beliau menutupi (bahunya) dengan kain kerudung.

Kain kerudung itu demikian berminyak seakan-akan kain tukang minyak."

 

(Diriwayatkan oleh Yusuf bin'Isa, dari Rabi' bin Shabih, dari Yazid bin aban ar Raqasyi*,

yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Aban ar Raqasyi dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwayatannya. Hadist ini

sangat berlawanan dengan kebanyakan hadist shahih, yang menerangkan tentang

kebersihan dan penampilan terpuji dari Rasulullah saw. (Muhammad `Afif az Za'bi).

 

Hadits : 14

 

"Rasulullah saw. melarang bersisir kecuali sekali-kali. "

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad Basyar, dari Yahya bin Sa'id,dari Hisyam bin Hasan, dari al

Hasan Bashri, yang bersumber dari `Abdullah bin Mughaffal r.a.*)

 

• Yang dilarang ialah bersisir layaknya wanita pesolek.

'Abdullah bin Mughaffal r.a. dalah sahabat Rasulullah saw. Yang masyhur, ia adalah salah

seorang peserta "Bai'tus Syajarah", wafat pada tahun 60 H ada pula yang mengatakan tahun

57 H.

 

  5/UBAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 15

 

Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik r.a.: "Pernahkah Rasulullah saw.

menyemir rambutnya yang telah beruban?" Anas bin Malik menjawab:"Tidak

sampai demikian. Hanya beberapa lembar uban saja di pelipisnya. Namun Abu

Bakar r.a. pernah mewarnai (rambutnya yang memutih) dengan daun pacar dan

katam."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu Daud, dari Hamman yang bersumber

dari Qatadah)

 

• Katam adalah sejenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan untuk memerahi rambut

sedangkan warnanya merah tua.

 

Hadits : 16

 

Dalam suatu riwayat Ibnu `Abbas r.a. mengemukakan: Abu Bakar r.a. berkata:

"Wahai Rasulullah, sungguh Anda telah beruban!" Rasulullah saw. bersabda:

"Surah Hud, Surah al Waqi'ah, Surah al Mursalat, Surah Amma Yatasa'alun dan

Surah Idzasy-Syamsu kuwwirat, menyebabkan aku beruban."

 

(Diriwayatkan oleh Abu Kuraib Muhammad bin al A'la, dari Mu'awiyah bin Hisyam, dari

Syaiban, dari Ishaq, dari Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

Hadits : 17

 

"Wahai Rasulullah, kami melihat Anda sesungguhnya telah beruban!" Rasulullah

saw. bersabda: "Surah Hud dan beberapa surah sebangsanya telah

menyebabkan aku beruban."

 

(Diriwayatkan oleh Sufyan bin Waki', dari Muhammad bin Basyar, dari 'Ali bin Shalih, dari

Abi Ishaq yang bersumber dari Abi Juhaifah r.a.*)

 

• Abu Juhaifah adalah Wahab as Sawa' bin `Amir bin Sha'sha'ah al Kufi. Ia adalah seorang

sahabat yang masyhur. Menurut al Dzahabi, ia adalah rawi yang tsiqat (kuat hapalan dan

terpercaya). Ia wafat pada tahun 74 H.

 

  6/SEMIR RAMBUT RASULULLAH SAW

 

Hadits : 18

 

Al Jahdzamah r.a., isteri Busyair bin al Khaskhashiyyah pernah bercerita: "Aku

melihat Rasulullah saw. keluar dari rumahnya mengibaskan rambut sehabis

mandi. Dan di kepalanya terdapat bekas daun inai", atau "bekas celupan"(rawi

ragu).

 

(Diriwayatkan oleh Ibrahim bin Harun, dari Nadlr bin Zararah*, dari Abi Jinab*, dari Iyad bin

Laqith, yang bersumber dari Jahdzamah r.a.)

 

• Nadlr bin Zararah dalah rawi yang dla'if dan termasuk Matruk.

• Ali Jinab dikenal sebagai rawi yang masyhur tapi ia dianggap dla'if karena sering

menyamarkan rawi.

 

Hadits : 19

 

"Aku melihat rambut Rasulullah saw. dipacari merah."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari `Amr bin `Ashim, dari Hammad bin

Salamah, dari Humaid, yang bersumber dari Anas r.a.)

 

  7/CELAK MATA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 20

 

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a. dikemukakan:

Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: "Bercelaklah kalian dengan Itsmid*, karena

ia dapat mencerahkan pengliahatan dan menumbuhkan bulu mata. Sungguh

Nabi saw. Mempunyai tempat celak mata yang digunakannya untuk bercelak

pada setiap malam. Tiga olesan di sini dan tiga olesan di sini."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Abbad

bin Manshur, dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

• Itsmid adalah batu celak biasanya berupa serbuk. Warnanya hitam atau biru. Serbuk itsmid

dioleskan pada bulu mata atau disapukan di sekeliling mata.

• Yang dimaksud di sini adalah tiga olesan di mata sebelah kanan dan tiga olesan di mata

sebelah kiri.

 

  8/PAKAIAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 21

 

"Pakaian yang paling disenangi Rasulullah saw. adalah Gamis."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari al Fadhal bin Musa, diriwayatkan

pula oleh Abu Tamilah dan Zaid bin Habab, ketiganya menerima dari `Abdul Mu'min bin

Khalid, dari `Abdullah bin Buraidah, yang bersumber dari Ummu Salamah* r.a.)

 

• Ummu Salamah r.a. adalah Ummul Mu'minin Hindun binti Mughirah al Makhzumiyah.

 

Hadits : 22

 

"Sesungguhnya Nabi saw. keluar (dari rumahnya) dengan bertelekan kepada

`Usamah bin Zaid. Beliau memakai pakaian Qithri yang diselempangkan di atas

bahunya, kemudian beliau shalat bersama mereka."

 

(Diriwayatkan oleh `Abd bin Humaid , dari Muhammad bin al Fardhal, dari Hammad bin

Salamah, dari Habib bin as Syahid, dari al Hasan, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

• Qithri adalah sejenis kain yang terbuat dari katun yang kasar. Kain ini berasal dari Bahrain

tepatnya dari Qathar

 

Hadits : 23

 

Dalam sebuah riwayat Anas bin Malik r.a. mengemukakan: "Pakaian yang paling

disenangi Rasulullah saw. ialah kain Hibarah*."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Mu'adz bin Hisyam dari ayahnya, dari

Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

• Kain Hibarah ialah kain keluaran Yaman yang terbuat dari katun.

 

Hadits : 24

 

"Rasulullah saw. bersabda: "Hendaklah kalian berpakaian putih, untuk dipakai

sewaktu hidup. Dan jadikanlah ia kain kafan kalian sewaktu kalian mati. Sebab

kain putih itu sebaik- baik pakaian bagi kalian."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Basyar bin al Mufadhal, dari `Utsman Ibnu

Khaitsam, dari Sa'id bin Jubeir, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

Hadits : 25

 

"Rasulullah saw. bersabda : "Pakailah pakaian putih, karena ia lebih suci dan

lebih bagus. Juga kafankanlah ia pada orang yang meninggal diantara kalian."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari

Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syabib yang bersumber dari Samurah bin

Jundub r.a.)

 

  9/KHUF RASULULLAH SAW

 

Hadits : 25

 

"Sesungguhnya raja *an-Najasyi menghadiahkan sepasang khuf hitam pekat

kepada Nabi saw. lalu Nabi saw. memakainya dan kemudian ia berwudlu dengan

(hanya) menyapu keduanya (yakni tidak membasuh kaki)."

 

(Diriwayatkan oleh Hinad bin Siri, dari Waki', dari Dalham bin Shalih, dari Hujair bin

`Abdullah, dari putera Buraidah, yang bersumber dari Buraidah r.a.)

 

• Khuf ialah sejenis kaos kaki tapi terbuat dari kulit binatang. Khuf dibuat amat tipis dan

tingginya menutupi mata kaki. Khuf biasanya hanya digunakan pada musim dingin untuk

mencegah agar kulit kaki tidak pecah-pecah. Biasanya, orang memakai khuf ketika musafir di

musim dingin dan masih memakai sepatu luar lagi. Sepatu ini namanya "jurmuq". Para

Ulama Indonesia sering menggunakan istilah Mujah untuk terjemahan khuf. Tapi kadangkadang

diterjemahkan juga dengan "sepatu khuf".

An najasyi menurut literature barat umumnya disebut Negust. Negust adalah gelar raja-raja

di Abesina (Habsyi), sekarang dikenal "Ethiopia".

 

 10/SANDAL RASULULLAH SAW

 

Hadits : 26

 

"Bagaimanakah sandal Rasulullah saw. itu?" Anas menjawab : "Kedua belahnya

mempunyai tali qibal*."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Hamman yang

bersumber dari Qatadah)

 

• Tali qibal adalah tali sandal yang bersatu pada bagian mukanya dan terjepit

di antara dua jari kaki.

 

Hadits : 27

 

"Janganlah diantara kalian berjalan dengan sandal sebelah. Hendaklah memakai

keduanya."

 

(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa al Anshari, dari Ma'an, dari Malik, dari Abiz Zinad, dari

al A'raj yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

 

Hadits : 28

 

"Sesungguhnya Nabi saw. melarang seorang laki-laki makan dengan tangan kiri

dan berjalan dengan sandal sebelah."

 

(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa, dari Ma'an, dari Malik, dari Abi Zubair, yang bersumber

dari Jabir r.a.)

 

Hadits : 29

 

"Sesungguhnya Nabi saw. bersabda : "Bila salah seorang diantara kalian hendak

memakai sandal hendaklah ia memulainya dari yang sebelah kanan. Dan bila ia

melepasnya, maka hendaklah dimulai dari yang sebelah kiri. Hendaklah posisi

kanan dijadikan yang pertama kali dipasangi sandaldan yang terakhir kali

dilepas."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah, dari Malik, dan diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa ,dari

Ma'an, dari Malik, dari Abu Zinad, dari A'raj yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

 

  11/CINCIN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 30

 

"Cincin Rasulullah saw. terbuat dari perak sedangkan permatanya dari Abessina

(Habsyi)".

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id dan sebagainya, dari `Abdullah bin Wahab, dari

Yunus, dari Ibnu Syihab, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 31

 

"Tatkala Rasulullah saw. hendak menulis surat kepada penguasa bangsa `Ajam

(asing), kepadanya diberitahukan: "Sungguh bangsa `Ajam tidak akan

menerimanya, kecuali surat yang memakai cap. Maka Nabi saw. dibuatkan

sebuah cincin (untuk cap surat). Terbayanglah dalam benakku putihnya cincin itu

di tangan Rasulullah saw."

 

(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Manshur, dari Mu'adz bin Hisyam, dari ayahnya, dari Qatadah,

yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

• karena sebagaimana dikatakan bahwa cincin Nabi saw. dipakai sebagai pengecap surat,

maka Nabi saw. tidak memakainya karena fungsinya pun lain. Atau mungkin saja

pengertiannya bukan tidak dipakai, tapi jarang.

 

Hadits : 32

 

"Ukiran yang tertera di cincin Rasulullah saw adalah "Muhammad" satu baris,

"Rasul" satu baris, dan "Allah" satu baris".

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Muhammad bin `abdullah al Anshari, dari

ayahnya, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 33

 

"Sesungguhnya apabila Nabi saw. masuk ke jamban, maka ia melepaskan

cincinnya."

 

(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Manshur, dari Sa'id bin `Amir, dan diriwayatkan pula oleh

Hajjaj bin Minhal, dari Hamman, dari Ibnu Juraij, dari Zuhri yang bersumber dari Anas bin

Malik r.a.)

 

  12/CARA RASULULLAH SAW. BERCINCIN

 

Hadits : 34

 

"Sesungguhnya Nabi saw. memakai cincin di jari tangan kanannya."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Sahl bin `Asakir al Baghdadi, dan diriwayatkan pula

oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, keduanya menerima dari Yahya bin Hisan, dari

Sulaiman bin Bilal, dari Syarik bin `Abdullah bin Abi Namir, dari Ibrahim bin `Abdullah bin

Hunain, dari bapaknya, yang bersumber dari `Ali bin Abi Thalib k.w.)

 

  13/PEDANG RASULULLAH SAW

 

Hadits : 35

 

"Salut hulu pedang Rasulullah saw. terbuat dari perak."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir, dari ayahnya dari

Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 36

 

"Samurah mengaku bahwa ia membuat pedangnya meniru pedang Rasulullah

saw. Sedangkan pedang Rasulullah saw. itu berbentuk Hanafiyya*."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin syuja' al Baghdad, dari Abu `Ubaidah al Haddad, dari

`Utsman bin Sa'id, yang bersumber dari Ibnu Sirin r.a.)

 

• Pedang Hanafiyya adalah pedang yang di buat oleh suku Bani Hanifah. Pedang buatan Bani

Hanafiah terkenal bagus dan halus pembuatannya.

 

  14/BAJU BESI RASULULLAH SAW

 

Hadits :37

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. pada waktu ghazwah Uhud memakai dua baju

besi. Sungguh beliau memakai keduanya secara rangkap."

 

(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Shufyan bin `Uyainah, dari Yazid bin Khushaifah,

yang bersumber dari Saib bin Yazid)

 

  15/TOPI BESI RASULULLAH SAW

 

Hadits : 38

 

"Sewaktu Rasulullah saw. memasuki kota Mekkah (dihari Pembebasan), beliau

memakai topi besi. Kemudian ditunjukkan orang kepadanya : `ini Ibnu Khathal*

bersembunyi di dinding Ka'bah (disebabkan takut). Nabi saw. bersabda :

"Bunuhlah dia!"

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, yang

bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Sebenarnya terjemahan topi besi tersebut kurang tepat sebab yang dimaksud topi besi di sini

adalah rantai besi yang dijalin rapi, dibuat dengan ukuran kepala kemudian dapasang di dalam

kopiah.

• Ibnu Khatal ialah seorang dari empat penjahat yang amat memusuhi Islam dan tidak

mendapatkan pengampunan umum dari Rasulullah saw. Tiga lainnya ialah Huwairits bin

Nuqaid, `Abdullah bin Abi Sarh dan Muqais bin Shababah. Namun, sebelum eksekusi,

`Abdullah bin Abi Sarh masuk Islam. Dengan demikian `Abdullah bin Abi Sarh selamat dari

hukuman.

 

  16/SERBAN RASULULLAH SAW

 

Hadits :39

 

"Nabi saw. memasuki kota Mekkah pada waktu pembebasan kota Mekkah,

beliau memakai serban hitam."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Hammad

bin Salamah. Hadist inipun diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki', dari

Hammad bin Salamah, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir r.a.)

 

Hadits : 40

 

"Sesungguhnya Nabi saw. berpidato dihadapan umat, beliau memakai serban

hitam."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin `Isa,

keduanya menerima dari Waki', dari Musawir al Waraq, dari Ja'far bin `Amr bin

Huraits,yang bersumber dari bapaknya.)

 

  17/SARUNG RASULULLAH SAW

 

Hadits : 41

 

"'Aisyah r.a. memperlihatkan kepada kami pakaian yang telah kumal serta

sarung yang kasar, seraya berkata :"Rasulullah saw. dicabut ruhnya sewaktu

memakai kedua pakaian ini".

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Ismail, dari Ayub, dari Humaid bin Hilal, dari Abi

Burdah yang bersumber dari bapaknya).

 

Hadits : 42

 

"'Utsman bin Affan r.a. memakai sarung yang tingginya mencapai setengah

betisnya. `Utsman berkata : "Demikianlah cara bersarung sahabatku (yakni Nabi

saw.)".

 

(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari *Musa bin

`Ubaidah, dari Ayas bin Salamah bin al Akwa' yang bersumber dari bapaknya).

 

Musa bin `Ubaidah, menurut Imam Ahmad periwayatannya tidak syah.

 

Hadits : 43

 

"Rasulullah saw. memegang otot betis kakiku dan betis kakinya, lalu bersabda:

"inilah tempat batas sarung. Jika kau tidak suka di sini, maka boleh juga

diturunkan lagi. Jika kau tidak suka juga, maka tidak ada hak lagi bagi sarung

menutup kedua mata kaki".

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Abul Ahwash, dari Abi Ishaq, dari Muslim bin

Nadzir, yang bersumber dari *Hudzaifah Ibnul Yaman r.a.)

 

Hudzaifah Ibnul Yaman r.a., ia adalah sahabat Rasulullah saw. Ia masuk Islam sebelum

ghazwah Badar. Ia wafat tahun 36 H.

 

  18/CARA BERJALAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 44

 

"Tiada satupun kulihat lebih indah daripada Rasulullah saw., seolah-olah mentari

beredar di wajahnya. Juga tiada seorangpun yang kulihat lebih cepat jalannya

daripada Rasulullah saw., seolah-olah bumi ini dilipat-lipat untuknya. Sungguh,

kami harus bersusah payah melakukan hal itu, sedangkan Rasulullah saw. Tidak

memperdulikan. "

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari *Ibnu Luhai'fah, dari Abi Yunus, yang

bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

 

Ibnu Luhai'ah adalah `Abdullah al Hadhrami, seorang faqih yang Masyhur dan qadli di Mesir,

namun demikian ad Dzahabi mendlaifkannya, tetapi hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu

Wahab, Ibnu Mubarak dan Abi `Abdurrahman al Muqri lebih baik. Ibnu Luhai'fah meninggal

dunia pada tahun 174 H.

 

Hadits : 45

 

"Bila Nabi saw. berjalan, maka ia berjalan dengan merunduk seakan-akan

jalanan menurun."

 

(Diriwayatkan oleh Shufyan bin Waki', dari ayahnya, dari al Masudi, dari `Utsman bin

Muslim bin Hurmuz, dari Nafi' bin Jubair bin Muth'im, yang bersumber dari `Ali bin Abi

Thalib k.w.)

 

  19/KAIN PENYEKA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 46

 

"Rasulullah saw.sering menyeka (minyak di kepalanya), seakan-akan kain

penyeka kepalanya seperti kain penyeka tukang minyak."

 

(Diriwayatkan oleh Yusuf bin `Isa, dari Waki', dari Rabi' bin Shabih, dari *Yazid bin Aban ar

Raqasi, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Yazid bin Aban ar Raqasy dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwatannya. Hadits

ini sangat berlawanan dengan hadist Shahih, yang menerangkan tentang kebersihan dan

penampilan terpuji dari Rasulullah saw. (Muhammad `Afif az Za'bi)

 

  20/SIKAP DUDUK RASULULLAH SAW

 

Hadits : 47

 

"Ia (Qabilah) melihat Rasulullah saw. di masjid sedang duduk *qurfasha."

Qabilah berkata :"Manakala aku melihat Rasulullah saw. sedang duduk dengan

khusyu', maka akupun dibawa oleh perasaan takjub karena wibawanya."

 

(Diriwayatkan oleh'Abd bin Humaid, dari `Affan bin Muslim, dari `Abdullah bin Hasan, dari

kedua orang anaknya, yang bersumber dari Qabilah binti Makhramah)

 

Duduk Qurfasha yakni duduk bertumpu pada pinggul, kedua paha merapat ke perut dan

jangan memegang betis.

 

Hadits : 48

 

"Sesungguhnya ia melihat Rasulullah saw. berbaring telentang di masjid, dan

salah satu kakinya ditumpangkan pada kaki lainnya."

 

(Diriwayatkan oleh Sa'id bin `Abdurrahman al Makhzumi dan lainnya, mereka menerima

dari Sufyan, dari Zuhri, dari `Abbad bin Tamim yang bersumber dari pamannya*)

 

Ia adalah `Abdullah bin Zaid bin `Ashim bin Muhammad, ia adalah seorang sahabat dan

dikatakan bahwa ia yang membunuh Musailamah al Kadzdzab (Nabi palsu)

 

Hadits : 49

 

"Apabila Rasulullah saw. duduk di *masjid, maka ia duduk secara *ihtiba dengan

kedua tangannya."

 

(Diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib, dari `Abdullah bin Ibrahim al Madini, dari Ishaq bin

Muhammad al Anshari, dari Rabih bin `Abdurrahman bin Abi Sa'id, dari bapaknya yang

bersumber dari kakeknya Abi Sa'id al Khudri r.a.)

 

• Ada yang mengatakan di dalam majlis

Ihtaba adalah duduk Qurfasha sambil bersandar

 

  21/TEMPAT BERTELEKAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 50

 

"Aku pernah melihat Rasulullah saw. duduk bertelekan pada sebuah bantal di

sebelah kirinya."

 

(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Dauri al Baghdadi, dari Ishaq bin Manshur,

dari Israil, dari simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)

 

Hadits : 51

 

"Rasulullah saw. bersabda : "Aku tak mau makan sambil bertelekan, aku tak mau

makan sambil bertelekan."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari

`Ali bin al `Aqmar, yang bersumber dari Abu Juhaifah r.a.)

 

Hadits : 52

 

"Aku melihat Rasulullah saw. duduk bertelekan pada sebuah bantal."

 

(Diriwayatkan oleh Yusuf bin `Isa, dari Waki', dari Ismail, dari Simak bin Harb, yang

bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)

 

  22/CARA BERTELEKAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 53

 

"Aku masuk ke rumah rasulullah saw. tatkala beliau sedang sakit yang

membawa ajalnya. Di kepalanya ada balutan kain kuning. Kepadanya kuucapkan

salam, kemudian beliau bersabda : "Wahai Fadlal, apa kabarmu?" Aku

menjawab : "Baik wahai Rasulullah !" Rasulullah bersabda : "Kuatkan balutan

yang ada di kepalaku ini !" Fadlal meneruskan ceritanya :"Maka kulakukan

perintah Rasulullah saw. itu. Kemudian beliau duduk, lalu meletakkan tangannya

di atas bahuku, kemudian beliau berdiri lalu masuk ke masjid." Dan kisah

selanjutnya terdapat dalam hadist perihal wafatnya Rasulullah saw.

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Muhammad bin al Mubarak, dari

*`Atha'bin Muslim al Khaffaf al Halabi,dari Ja'far bin Furqan, dari `Atha' bin Abi

Rabbah,yang bersumber dari *al Fadlal bin `Abbas r.a.)

 

• Al Fadlal bin `Abbas r.a. adalah sahabat yang masyhur, ia adalah anak sulung `Abbas r.a.

(paman Rasulullah saw.)

'Atha' bin Muslim al Khaffaf al Halabi, di dla'ifkan oleh Abu Daud, dan menurut Abu Hatim

tidak boleh dipakai hujjah periwayatannya.

 

Hadits : 54

 

"Sesungguhnya Nabi saw. sedang dalam keadaan sakit. Beliau keluar (dari

rumahnya) dengan bertelekan kepada Usamah bin Zaid. Waktu itu beliau

memakai kain Qithri (buatan Qatar) yang diselempangkan. Kemudian Beliau

shalat bersama mereka (para sahabat)."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari `Amr `Ashim, dari Hammad bin

Salamah, dari Humaid, yang bersumber dari Anas r.a.)

 

  23/CARA MAKAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 55

 

"Sesungguhnya Nabi saw. menjilati jari jemarinya (sehabis makan) tiga kali."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari

Sa'id bin Ibrahim, dari *salah seorang anak Ka'ab bin Malik, yang bersumber dari

bapaknya.)

 

Nama Ibnul Ka'ab bin Malik (putera Ka'ab bin Malik r.a.) di sini tidak dijelaskan, sedangkan

Ka'ab mempunyai anak dua orang, yaitu `Abdullah dan `Abdurrahman. Namun demikian

keduanya punya tsiqat (dapat diterima periwayatannya) , dan keduanya merupakan tabi'in

besar.

 

Hadits : 56

 

 

"Bila Nabi saw. selesai makan, beliau menjilati jari jemarinya yang tiga*."

 

(Diriwayatkan oleh al Hasan bin `Ali al Khilali, dari `Affan, dari Hammad bin Salamah, dari

Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.)

 

Yang dimaksud jari yang tiga ,yakni: jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.

 

  24/JENIS ROTI YANG DIMAKAN OLEH RASULULLAH SAW

 

Hadits : 57

 

"Keluarga Nabi saw. tidak pernah makan roti sya'ir* sampai kenyang dua hari

berturut-turut hingga Rasulullah saw. wafat."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin

Basyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja'far, dari Syu'bah, dari Ishaq, dari

`Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid*, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

• Sya'ir, khintah dan bur, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan

"gandum" sedangkan sya'ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia

dijadikan makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang

terbuat dari sya'ir kurang baik mutunya sya'ir lebih dekat kepada jelai daripada gandum.

Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.

 

Hadits : 58

 

"Rasulullah saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti

gandum yang halus, hingga wafatnya."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari'Abdullah bin `Amr –Abu Ma'mar-,

dari `Abdul Warits, dari Sa'id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas

r.a.)

 

  25/LAUK PAUK YANG DIMAKAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 59

 

"Sesungguhnya Rasulullah bersabda: "Saus yang paling enak adalah cuka."

`Abdullah bin `Abdurrahman berkata :"Saus yang paling enak adalah cuka."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin `Abdurrahman,

keduanya menerima dari Yahya bin Hasan, dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin `Urwah,

dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 60

 

"Rasulullah saw. bersabda :"Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah

dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, daari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan

pula oleh Abu Nu'aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari

seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha', yang bersumber dari Abi Usaid r.a.*)

 

Abi Usaid adalah `Abdullah bin Tsabit az Zarqi.

 

Hadits : 61

 

"Nabi saw. menggemari buah labu. maka (pada suatu hari) beliau diberi

makanan itu, atau diundang untuk makan makanan itu (labu). Aku pun

mengikutinya, maka makanan itu (labu) kuletakkan dihadapannya, karena aku

tahu beliau menggemarinya.

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Muhammad bin Ja'far, dan diriwayatkan

pula oleh `Abdurrahman bin Mahdi, keduanya menerima dari Syu'bah, dari Qatadahyangt

bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 62

 

"Nabi saw. menyenangi kue-kue manis (manisan) dan madu."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Ibrahim ad Daruqi, juga diriwayatkan oleh Salamah bin

Syabib dan diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, mereka menerimanya dari Abu

Usamah, dari Hisyam bin `Urwah yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 63

 

"Nabi saw. diberi makan daging, maka diambilakn baginya bagian dzir'an*.

Bagian dzir'an kesukaannya. Maka Rasulullah saw. Mencicipi sebagian

daripadanya. "

 

(Diriwayatkan oleh Washil bin `Abdul A'la, dari Muhammad bin Fudlail, dari Abi Hayyan at

Taimi, dari Abi Zar'ah, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

 

Dzir'an adalah bagian tubuh binatang dari dengkul sampai bagian kaki.

 

Hadits : 64

 

"Daging yang paling baik adalah punggung."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad, dari Mis'ar, dari Syaikhan, dari

Fahm,* yang bersumber dari `Abdullah bin Ja'far r.a.)

 

• Namanya adalah Muhammad bin `Abdullah, disebut pula Muhammad bin

`Abdurrahman, juga disebut Abu Hay.

 

  26/WUDLU RASULULLAH SAW

 

Hadits : 65

 

"Rasulullah saw. keluar dari jamban, maka dihidangkan kepadanya makanan.

Kemudian para sahabat berkata : `Apakah kami perlu menyediakan bagi Anda

air wudlu?" Beliau menjawab :"Sesungguhnya aku disuruh berwudlu apabila aku

akan melakukan shalat."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Isma'il bin Ibrahim, dari Ayyub, dari Ibnu

Mulaikah yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

Hadits : 66

 

"Kubaca dalam Taurat bahwa berkah makanan itu karena berwudlu sebelum

makan dan berwudlu sesudahnya". Hal tersebut kukatakan kepada Nabi saw.,

dan kukabarkan apa yang pernah kubaca dalam Taurat itu, maka Rasulullah saw.

Bersabda :"Berkah makanan itu disebabkan berwudlu sebelum makan serta

sesudahnya."

 

(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari `Abdullah bin Numair, dari Qeis bin Rabi'*. Hadist

inipun diriwayatkan pula oleh Qutaibah, dari `Abdul Karim al Jurjani, kedua riwayat itu

bersumber dari Qeis bin Rabi', dari Abi Hisyam Adahzadan yang bersumber dari Salman

r.a.)

 

Qeis bin Rabi' menurut Ibnu Ma'in periwayatannya dla'if namun diterima oleh Ibnu Majah dan

Abu Daud.

 

  27/DO'A RASULULLAH SAW. SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN

 

Hadits : 67

 

"Pada suatu hari, kami berada di rumah Rasulullah saw., maka Beliau

menyuguhkan suatu makanan. Aku tidak mengetahui makanan yang paling

besar berkahnya pada saat kami mulai makan dan tidak sedikit berkahnya di

akhir kami makan." Abu Ayub bertanya : "Wahai Rasulullah, bagaimanakah

caranya hal ini bisa terjadi?" Rasulullah saw. bersabda :"Sesungguhnya kami

membaca nama Allah waktu akan makan, kemudian duduklah seseorang yang

makan tanpa menyebut nama Allah, maka makannya disertai syetan."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah Dari Ibnu Luhai'ah, dari Yazid bin Abi Habib, dari Rasyad bin

Jandal al Yafi'I, dari Hubeib bin Aus, yang bersumber dari Abu Ayub al Anshari r.a.)

 

Hadits : 68

 

"Rasulullah saw. bersabda :"bila salah seorang dari kalian makan, tapi lupa

menyebut nama Allah atas makanan itu, maka hendaklah ia membaca :

"Bismillahi awwalahu wa akhirahu." (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).

 

(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari abu Daud, dari Hisyam ad Distiwai, dari Budail al

`Aqili, dari `Abdullah bin `Ubaid bin `Umair, dari Ummu Kultsum*, yang bersumber dari

`Aisyah r.a.)

 

Ummu Kultsum binti `Uqbah bin Abi Mu'ith al Umawiyah, adalah salah seorang sahabat

Rasulullah saw. dan ia merupakan saudara seibu `Utsman bin Affan r.a.

 

Hadits : 69

 

"Apabila Rasulullah saw. selesai makan, maka Beliau membaca : "Alhamdulillahil

ladzi ath'amana wa saqana wa ja'alana muslimin." (Segala puji bagi Allah Yang

memberi makan kepada kami, memberi minum kepada kami dan menjadikan

kami orang-orang islam).

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan as Tsauri,

dari Abu Hasyim, dari Ibnu Isma'il bin Riyah, dari bapaknya (Riyah bin `Ubaid), yang

bersumber dari Abu Sa'id al khudri r.a.)

 

Hadits : 70

 

"Adapun Rasulullah saw., bila hidangan makan telah diangkat dari hadapannya,

maka beliau membaca :"Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan

fihi, ghaira muwadda'iw wa la mustaghnan `anhu Rabbana." (Segala puji bagi

Allah, puji yang banyak tiada terhingga. Puji yang baik lagi berkah padanya.Puji

yang tidak pernah berhenti. Dan puji tidak akan mampu lisan menuturkannya,

ya Allah Rabbal `Alamin)

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa'id, dari Tsaur bin Yazid, dari

Khalid bin Ma'danyang bersumber dari Abu Umamah r.a.)

 

  28/TEMPAT MINUM RASULULLAH SAW

 

Hadits : 71

 

"Anas bin Malik r.a. memperlihatkan kepada kami tempat minuman yang terbuat

dari kayu. Tempat minuman itu tebal dan dililit dengan besi". kemudian anas r.a.

menerangkan : "Wahai Tsabit! Inilah tempat minum Rasulullah saw."

 

(Diriwayatkan oleh al Husain bin al Aswad al Baghdadi, dari `Amr bin Muhammad, dari `Isa

bin Thuhman, yang bersumber dari Tsabit r.a.)

 

Hadits : 72

 

"Sungguh ke dalam cangkir ini telah kutuangkan berbagai minuman untuk

Rasulullah saw., baik itu air, nabidz*, madu ataupun susu."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid

dan Tsabit, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Nabidz adalah air kurma, yakni beberapa biji kurma dimasukkan ke dalam air kemudian

dibiarkan (semalam) sampai airnya terasa manis.

 

  29/BUAH-BUAHAN YANG DIMAKAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 73

 

"Nabi saw. memakan qitsa* dengan kurma (yang baru masak)."

 

(Diriwayatkan oleh Isma'il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa'id, dari ayahnya yang

bersumber dari `Abdullah bin Ja'far r.a.)

 

Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis)

 

Hadits : 74

 

"Sesungguhnya Nabi saw. memakan semangka dengan kurma (yang baru masak).”

 

(Diriwayatkan oleh `Ubadah bin `Abdullah al Khaza'i al Bashri, dari Mu'awiyah bin Hisyam,

dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  30/MINUMAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 75

 

"Minuman yang paling disukai Rasulullah saw. adalah minuman manis yang dingin."

 

(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma'mar, dari Zuhairi, dari `Urwah,

yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  31/CARA MINUM RASULULLAH SAW

 

Hadits : 76

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. minum air zamzam sambil berdiri."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya,

dari Sya'bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

Hadits : 77

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau

minum. Beliau bersabda :"Cara seperti ini lebih menyenangkan dan

menimbulkan kepuasan."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad,

keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa'id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari

Anas bin Malik r.a.)

 

  32/MINYAK WANGI RASULULLAH SAW

 

Hadits : 78

 

"Rasulullah saw. bersabda :"Wewangian laki-laki ialah yang harum baunya dan

tersembunyi warnanya. Sedangkan wewangian wanita ialah yang cemerlang

warnanya dan tersembunyi baunya."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud al Hafariyyi, dari Sufyan, dari al

Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari seseorang*, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

 

Dalam riwayat lain yang juga bersumber dari Abu Hurairah r.a., sanadnya adalah:

Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Isma'il bin Ibrahim, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari

at Thawafi, yang bersumber dari Abu hurairah r.a.

 

  33/CARA BICARA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 79

 

"Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau

berbicara dengan kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk

bersamanya akan dapat menghafal (kata-katanya)

 

(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas'adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah

bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 80

 

"Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga

kali agar dapat dipahami."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari

`Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

  34/CARA RASULULLAH SAW TERTAWA

 

Hadits : 81

 

"Betis Rasulullah saw. kecil (tidak gemuk). Beliau tidak tertawa kecuali

tersenyum. Bila aku memandang kepadanya, aku berkata (dalam hati) :

 "Betapa hitam pelupuk matanya, padahal tidak dihitami."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari `Abbad bin al `Awwam, dari al Hajjaj –Ibnu

Arthah-*, dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)

 

Al Hajjaj (Ibnu Arthah) didla'ifkan oleh jamaah

 

Hadits : 82

 

"Tiadalah tertawa Rasulullah saw. kecuali tersenyum."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Khalid al Khilal, dari Yahya bin Ishaq, as Sailihani, dari Laits

bin Sa'id, dari Yazid bin Abi Habib, yang bersumber dari `Abdullah bin al Harits r.a)

 

  35/KELAKAR RASULULLAH SAW

 

Hadits : 83

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. bergaul akrab dengan kami, sehingga beliau

bersabda kepada adikku* yang masih kecil :"Wahai Abu `Umair (bapak `Umair),

apa yang dapat dikerjakan burung sekecil itu*?"

 

(Diriwayatkan oleh Hannad bin asSariyyi, dari Waki', dari Syu'bah, dari Abit Tayyah, yang

bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

• Ia adalah saudara seibu Anas bin Malik r.a., namanya adalah Ibnu Abi Thalhah Zaid bin Sahl

al Anshari, sedangkan ibu bagi keduanya adalah Ummu Sulaim binti Malhan. Ibnu Abi

Thalhah (Abu `Umair) wafat sewaktu masih kecil yakni dimasa Nabi saw. masih hidup.

Imam Tirmidzi berkata :" Maksud Hadist ini, Rasulullah saw. bergurau. Di dalam

pergurauannya, beliau memberi gelar kepad seorang anak kecil dengan sebutan

bapak:"Wahai Abu `Umair (Wahai bapak `Umair). Pada hadist inipun terdapat suatu hukum,

bahwa memberi mainan kepada anak-anak berupa burung tidak apa-apa. Nabi saw.

bersabda:"Wahai Abu `Umair apa yang dapat dikerjakan oleh burung sekecil itu ?"

Maksudnya adalah : Anak kecil itu mempunyai burung kecil sebagai mainannya. Kemudian

burung itu mati , maka anak tersebut berduka cita karenanya. Untuk mengobati dukanya

Nabi saw bersenda gurau kepadanya.

 

Hadits : 84

 

"Mereka (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah! apakah Anda suka

bergurau kepada kami?" Beliau bersabda :"Benar! Hanya saja apa yang

kukatakan, tidak lain hanyalah kebenaran."

 

(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Duri, dari `Ali bin al Hassan bin Syaqiq, dari

`Abdullah bin al Mubarak, dari Usamah Ibnu Zaid, dari Sa'id al Maqbari, yang bersumber

dari Abu Hurairah r.a.)

 

  36/SYI’IR YANG DIBACA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 85

 

`Aisyah r.a. bertanya :"Apakah Rasulullah saw. pernah membaca syi'ir?" Ia

menjawab :"Beliau pernah membaca Syi'ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah

membaca syi'ir yang berbunyi: "Berita-berita akan datang kepadamu Dibawa

oleh orang yang tak kau beri bekal*."

 

(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya,

yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

• Permulaan baitnya berbunyi: Hari demi hari akan menyingkap kejelasan bagimu. Walau kau

sebelumnya tidak tahu.

 

Hadits : 86

 

Rasulullah saw. bersabda :"Syi'ir yang terbaik (paling benar) yang pernah

dibacakan seorang penya'ir adalah Syi'ir Labid* (bin Abi Rabi'ah al Amiri), yang

berbunyi: "Ingat! Segala sesuatu selain Allah pasti binasa." Dan hamper saja

Ummayah bin Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi'ir-syi'irnya) ."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as

Tsauri, dari `Abdul Malik bin `Umair, dari Abu Salamah, yang bersumber dari Abu Hurairah

r.a.)

 

• Pada masa jahiliyah, Labid adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk

Islam. Ia merupakan penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al-

Qur'an ia berhenti membuat syi'ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur'an saja. Ia wafat

pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.

• Tentang Ummayah bin Abis Shalt, Rasulullah pernah bersabda: "Syi'irnya beriman, namun

hatinya tetap kafir."

 

Hadits : 87

 

"Aku pernah berada di belakang Nabi saw. (dibonceng), kepadanya kubacakan

seratus qafiah (sajak) Syi'ir gubahanUmmayah bin Abis Shalt as Tsaqaf.

Manakala kubacakan kepadanya sebait syi'ir, Nabi saw. bersabda :"Tambahkan

lagi!" Sehingga kepadanya kubacakan seratus bait syi'ir, kemudian Nabi saw.

bersabda :"Sesungguhnya Ummayah itu hampir saja menjadi muslim."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Marwan bin Mu'awiyah*, dari `Abdullah bin

`Abdurrahman at Thaifi, dari `Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya)

 

Marwan bin Mu'awiyah bin Harits al kufi, ia dinyatakan tsiqat oleh jamaah. ia wafat tahun 193 H.

 

Hadits : 88

 

"Rasulullah saw. meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid

agar ia bersyi'ir yang membesarkan hati Rasulullah saaw., atau (perawi ragu)

agar ia mempertahankan Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda

:"Sesungguhnya Allah swt. menolong Hasan lewat Jibril tatkala ia

mempertahankan (atau membesarkan hati) Rasulullah saw. (dengan syi'irnya)."

 

(Diriwayatkan oleh Isma'il bin Musa al Fazari, dan diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr

(semakna), keduanya menerima dari `Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin `Urwah, dari

bapaknya (`Urwah), yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  37/CARA TIDUR RASULULLAH SAW

 

Hadits : 89

 

"Sesungguhnya Nabi saw. bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan

telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdo'a:

"Rabbi qini `adzabaka yauma tab'atsu `ibadaka." (Ya Rabbi, peliharalah aku dari

azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Israil,

dari Abi Ishaq, dari `Abdullah bin Yazid, yang bersumber dari al Bara bin `Azib r.a.)

 

Hadits : 90

 

"Bila Rasulullah saw. berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdo'a :

"Allahumma bismika amutu wa ahya'. (Ya Allah, dengan nama-Mu aku mati dan

aku hidup). Dan bila Beliau bangun, maka Beliau membaca :"Alhamdulillahilla dzi

ahyana ba'dama amatana wailaihin nusyur." (Segala puji bagi Allah, yang telah

menghidupkan aku kembali setelah mematikan daku dan kepada-Nya tempat

kembali).

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari `Abdurrazaq, dari Sufyan, dari `Abdul Malik

bin `Umair, dari Ruba'I bin Hirasyi, yang bersumber dari Hudzaifah r.a.)

 

Hadits : 91

 

"Sesungguhnya bila Nabi saw. istirahat dalam musafirnya di malam hari, Beliau

berbaring ke sebelah kanan. Dan bila Beliau istirahat pada musafirnya menjelang

subuh, maka Beliau tegakkan lengannya dan diletakkannya kepalanya diatas

tangannya."

 

(Diriwayatkan oleh alHusein bin Muhammad al Hariri, dari Sulaiman bin Harb, dari

Hammad bin Salamah, dari Humaid, dari Bakr bin `Abdullah al Mazini, dari `Abdullah bin

Rabbah, yang bersumber dari Abi Qatadah r.a.)

                                                                                             

  38/IBADAH RASULULLAH SAW

 

Hadits : 92

 

"Rasulullah berdiri (shalat) sampai bengkak kedua kakinya. Kepadanya

ditanyakan: "Mengapa Anda membebani diri dengan hal yang demikian?

Bukankah Allah swt. Telah mengampuni Anda dari segala dosa Anda, baik yang

terdahulu maupun yang akan datang?" Rasulullah saw. Bersabda :"Tidak

patutkah saya menjadi hamba Allahyang bersyukur?"

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, juga oleh Basyar bin Mu'adz, dari Abu `Awanah,

dari Ziyad bin `Alaqah, yang bersumber dari al Mughirah bin Syu'bah r.a.)

 

Hadits : 93

 

"Nabi saw. shalat malam hari tiga belas rakaat."

 

(Diriwayatkan oleh Abu Kuraib- Muhammad bin al A'la-, dari Waki', dari Syu'bah, dari Abi

Jamrah,yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

 

Hadits : 94

 

"Sesungguhnya apabila Nabi saw. tidak sempat shalat malam hari karena

tertidur atau berat rasa kantuknya, maka beliau lakukan shalat dua belas rakaat

di siang hari."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Abu `Awanah, dari Qatadah, dari Zurarah bin

Aufa, dari Sa'id bin Hisyam, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 95

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. melaksanakan shalat di malam hari sebelas

raka'at. Beliau lakukan shalat witir (ganjil) satu raka'at. Apabila beliau selesai

melakukan shalat itu, beliau berbaring dengan lambung kanannya di sebelah

bawah."

 

(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa, dari Ma'an, dari Malik, dari Ibnu Syibab, dari Urwah,

yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 96

 

"Sesungguhnya Nabi saw. tidak wafat, sampai kebanyakan shalatnya (shalat

sunnat) dilaksanakan dalam keadaan duduk."

 

(Diriwayatkan oleh al Hasan bin Muhammad azZa'farani, dari al Hajjaj bin Muhammad, dari

Ibnu Juraih, dari `Utsman bin Abi Sulaiman, dari Abu Salamah bin `Abdurrahman, yang

bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 97

 

"Aku pelihara amalan-amalan Rasulullah saw. berupa shalat delapan raka'at.

dua raka'at sebelum shalat Dhuhur, dua raka'at sesudahnya, dua raka'at

sesudah shalat Magrib dan dua raka'at sesudah shalat Isya'." Selanjutnya Ibnu

`Umar berkata :"Hafshah* menceritakan kepadaku perihal dua raka'at shalat

fajar. Tapi aku tak pernah* melihatnya dilakukan Rasulullah saw."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Marwan bin Mu'awiyah al Farazi, dari Ja'far bin

Burqaq, dari Maimun bin Mihran, yang bersumber dari Ibnu `Umar r.a)

 

• Hafshah (isteri Rasulullah saw.) dan Ibnu `Umar adalah kakak beradik, keduanya adalah

putera `Umar bin Khathab r.a.

Disebabkan Rasulullah saw. melakukan shalat fajar di rumahnya, maka Ibnu `Umar tidak

pernah melihatnya.

 

  39/SHALAT DHUHA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 98

 

"Aku mendengar Mu'adzah (binti `Abdullah al- `Adawiyah) sebagai berikut: "Aku

bertanya kepada `Aisyah r.a. : "Apakah Rasulullah saw mengerjakan shalat pada

waktu dhuha?" `Aisyah r.a. menjawab : "Benar, beliau melakukan empat raka'at.

Dan terkadang beliau menambah lagi sebanyak yang dikehendaki Allah Azza wa

Jalla."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Syu'bah, dari

Yazid ar Risyk, yang bersumber dari Mu'adzah r.a.)

 

 

 

Hadits : 99

 

"Sesungguhnya Nabi saw. melakukan shalat empat raka'at sesudah tergelincir

matahari, sebelum shalat Dhuhur." Beliau bersabda:"Sesungguh nya waktu itu

merupakan saat pintu-pintu langit terbuka. Maka aku menyukai amal salehku

diangkat saat itu."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Mutsana, dari Abu Daud, dari Muhammad bin Muslim

bin Abil Wadldlah, dari `Abdul Karim al Jazari, dari Mujahid, yang bersumber dari

`Abdullah bin as Saib r.a.)

 

  40/SHALAT SUNNAH RASULULLAH SAW DI RUMAH

 

Hadits : 100

 

"Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang shalat di rumah dan shalat di

masjid." Beliau bersabda : "Sungguh, kau melihat sendiri, alangkah dekatnya

rumahku dengan masjid. Sungguh aku lebih suka shalat di rumah daripada

shalat di masjid, kecuali shalat itu shalat fardhu."

 

(Diriwayatkan oleh `Abbas al Anbari, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Mu'awiyah bin

Shalih, dari al A'la bin Harits, dari Haram bin Mu'awiyah, yang bersumber dari pamannya

`Abdullah bin Sa'ad r.a.*)

 

'Abdullah bin Sa'ad al Anshari, ia merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw.

 

  41/SHAUM SUNNAT RASULULLAH SAW

 

Hadits : 101

 

"Aku melihat Rasulullah saw. shaum dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan

Sya'ban dan Ramadhan."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari

Manshur, dari Salim bin Abil Ja'di, dari Abi Salamah, yang bersumber dari Ummu Salamah

r.a.)

 

Hadits : 102

 

"Rasulullah saw. shaum pada awal bulan selama tiga hari pada setiap bulan, dan

jarang sekali beliau tidak berbuka pada hari Jum'at."

 

(Diriwayatkan oleh al Qasim bin Dinar al Kufi, dari `Ubaid bin Musa, dan diriwayatkan pula

oleh Thalaq bin Ghanam, dari Syaibani, dari `Ashim, dari Zirin bin Hubaisy, yang

bersumber dari `Abdullah r.a.)

 

Hadits : 103

 

"Nabi saw. bersungguh-sungguh mengamalkan shaum hari Senin dan Kamis."

 

(Diriwayatkan oleh Abu Hafsah –`Umar bin `Ali-, dari `Abdullah bin Daud, dari Tsaur bin

Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Rabi'ah al Jarsyi, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 104

 

"Hari Asyura (sepuluh Muharram) adalah hari yang dishaumi kaum Quraisy pada

zaman jahiliyah. Rasulullah saw. pun shaum pada hari itu. Manakala beliau tiba

di Madinah, beliau shaum pada hari itu dan beliau perintahkan agar hari itu

dishaumi. Manakala bulan Ramadhan diwajibkan untuk shaum, maka shaum

Ramadhanlah yang menjadi kewajiban, dan beliau tinggalkan hari `Asyura.

Basrang siapa ingin shaum silahkan dan barang siapa yang tidak mau shaum

tinggalkanlah. "

 

(Diriwayatkan oleh Harun bin Ishaq, al Hamdzani, `Abdah bin Sulaiman, dari Hisyam bin

`Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  42/CARA RASULULLAH SAW. MEMBACA AL-QUR'AN

 

Hadits : 105

 

"Aku bertanya kepada Anas bin Malik r.a. :"Bagaimanakah bacaan (Al Qur'an)

Rasulullah saw.?" Ia menjawab :"Bermad (bertajwid). "

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jurair bin Hazim, dari ayahnya,

yang bersumber dari Qatadah r.a.)

 

Hadits : 106

 

"Rasulullah saw. memotong bacannya (pada setiap ayat). Beginilah cara

membacanya:"Alhamdulillahi Rabbil `Alamin ", kemudian beliau berhenti.

Selanjutnya dibaca :"Arrahmanirrahim" , kemudian beliau berhenti. Selanjutnya

dibaca :"Maliki yaumiddin,"

 

(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Yahya bin Sa'id al Umawi, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu

Abi Mulaikah, yang bersumber dari Ummu Salamah r.a.)

 

  43/TANGIS RASULULLAH SAW

 

Hadits : 107

 

"Rasulullah saw. bersabda kepadaku:"Bacakan al Qur'an untukku!" "Wahai

Rasulullah saw.! Mana mungkin aku membacakannya kepada Anda, bukankah

ia diturunkan kepada Anda?" Beliau bersabda:"Sungguh aku ingin

mendengarkannya dari selain daku." Maka kubacakan surat an Nisa, sampai

ayat: "Waji'na bika `ala ha ula-I syahida." (Dan Kami mendatangkan kamu

sebagai saksi atas mereka). (Q.S. 4 an- Nisa: 41). `Abdullah bin Mas'ud berkata

:"Maka kulihat kedua mata Rasulullah saw. bercucuran air mata."

 

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan , dari Mua'wiyah bin Hisyam, dari Sufyan, dari al

A'masy, dari Ibrahim, dari `Ubaid, yang bersumber dari `Abdullah bin Mas'ud r.a.)

 

Hadits : 108

 

"Rasulullah saw. mencium `Utsman bin Madh'un* tatkala ia telah wafat. Dan

ketika itu beliau menangis." Atau (kata perawi ragu): "Kedua matanya berlinang

air mata."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari

`Ashim bin `Ubaidilah*, dari Qasim bin Muhammad*, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

• 'Utsman bin Madh'un adalah saudara sesusu Rasulullah saw. Ia wafat dua setengah tahun

setelah hijrah.

• Ashim bin `Ubaidilah dadla'ifkan oleh Ibnu Ma'in, menurut keterangan Bukhari,

periwayatannya munkar

Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, merupakan salah seorang fukaha Madinah yang tujuh,

dari generasi kedua dan periwayatnnya dikeluarkan oleh jama'ah.

 

  44/TAWADLU RASULULLAH SAW

 

Hadits : 109

 

"Rasulullah saw. bersabda :"Janganlah kalian berlebihan memuji daku

sebagaimana kaum Nasrani yang berlebihan memuji anak Maryam. Aku

hanyalah seorang hamba, oleh sebab itu katakanlah (panggillah) `Abdullah

(hamba Allah) dan Rasul-Nya."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', diriwayatkan pula oleh Sa'id bin `Abdurrahman al

Makhzumi dan sebagainya, mereka menerima dari Sufyan bin `Uyainah, dari Zuhri, dari

`Ubaidilah, dari Ibnu `Abbas r.a., yang bersumber dari `Umar bin Khattab r.a.)

 

Hadits : 110

 

"Rasulullah saw. bersabda :"Sekalipun kepadaku hanya dihadiahkan betis

binatang, tentu akan kuterima. Dan sekiranya aku diundang makan betis

binatang, tentu akan kukabulkan undangannya. "

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin `Abdullahbin Bazi', dari Basyar bin al Mufadlal, dari

Sa'id dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 111

 

`Aisyah r.a. ditanya:"Apakah yang dikerjakan Rasulullah saw. Di rumahnya ?"

`Aisyah r.a. menjawab:"Beliau adalah seorang manusia biasa, beliau adalah

seorang yang mencuci bajunya sendiri, memerah susu kambingnya sendiri, dan

melayani dirinya sendiri."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Isma'il, dari'Abdullah bin Shalih, dari Mu'awiyah bin

 

Shalih, dari Yahya bin Sa'id, yang bersumber dari `Amrah)

 

  45/BUDI PEKERTI RASULULLAH SAW

 

Hadits : 112

 

"Rasulullah saw. bukanlah orang yang keji, beliau tidak membiarkan kekejian,

tiada mengeluarkan suara keras di pasar-pasar dan tidak membalas kejahatan

orang lain dengan kejahatan. Beliau suka memaafkan dan berjabat tangan."

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Muahammad bin Ja'far, dari Syu'bah, dari

Abi Ishaq, dari Abi `Abdullah al Jadali, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 113

 

"Rasulullah saw. tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, kecuali

tatkala beliau berjihad fi sabilillah. Beliau pun tidak pernah memukul pembantu

dan wanita."

 

(Diriwayatkan oleh Harun bin Ishaq al Handzani, dari `Ubadah, dari Hisyam bin `Urwah,

dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 114

 

"Aku mendengar Jabir bin `Abdullah r.a. berkata: `Tak pernah kudengar

Rasulullah saw. dimintai sesuatu, kemudian beliau berkata "tidak".'

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan,

yang bersumber dari Muhammad bin al Munkadir r.a.)

 

Hadits : 115

 

"Nabi saw. tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Ja'far bin Sulaiman, dari Tsabit, yang

bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 116

 

"Sesungguhnya Nabi saw menerima hadiah dan membalas hadiah."

 

(Diriwayatkan oleh `Ali bin Khasyram dan lainnya, dari `Isa bin Yunus, dari Hisyam bin

`Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

 

 

 

 

 

 

  46/KEPEKAAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 117

 

"Nabi saw. sangat peka melebihi anak dara pada pingitannya. Apabila beliau

tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengetahuinya dari perubahan air

mukanya."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud, dari Syu'bah, dari Qatadah, dari

`Abdullah bin Abi `Utbah, yang bersumber dari Abu Sa'id al Khudri r.a.)

 

Hadits : 118

 

`Aisyah berkata :"Aku tidak pernah memandang kemaluan Rasulullah saw." Atau

ia berkata :"Sekali-kali aku tidak pernah melihat kemaluan Rasulullah saw."

 

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki', dari Sufyan, dari Manshur, dari Musa

bin `Abdullah bin Yazid al Khathimi, dari Maula `Aisyah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  47/BEKAM RASULULLAH SAW

 

Hadits : 119

 

"Rasulullah saw. berbekam, yang membekamnya adalah Abu Thaibah, maka

beliau memerintahkan untuk memberinya dua sha'* makanan. Rasulullah saw.

berbicara kepada tuannya (tuan tukang bekam), lalu mereka mengugurkan

kharajnya*." Rasulullah saw. bersabda :"Sesungguhnya cara pengobatan kalian

yang paling afdhal ialah berbekam." Atau (perawi ragu) :"Sesungguhnya cara

pengobatan kalian yang utama adalah berbekam."

 

(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Isma'il bin Ja'far, dari Humaid, yang bersumber dari

Anas bin Malik r.a.)

 

• Abu Thaibah adalah nama panggilan bagi Nafi', ia adalah budak Bani Haritsah atau budak

kepunyaan Abu Mas'ud al Anshari.

• Sha'(gantang) adlah takaran. Satu Sha'sama dengan empat mud, sedangkan satu mud sama

dengan tujuh ons.

• Kharaj ialah suatu kesepakatan antara tuan dengan budak untuk membayar kepada tuannya

sejumlah uang, sewaktu budak tidak bekerja pada tuannya.

Dalam peristiwa ini Abu Thaibah seharusnya membayar tiga Sha', tapi karena ia telah membayar

dua Sha', hasil membekam Rasulullah saw. Maka yang satu Sha'lagi digugurkan oleh tuannya

setelah Rasulullah saw. berbicara dengan tuannya.

 

Hadits : 120

 

"Nabi saw. berbekam dan memerintahkan kepadaku (untuk membayar), maka

kuberikan pada tukang bekam upahnya."

 

(Diriwayatkan oleh `Amr bin `Ali, dari Abu Daud, dari Waraqa' bin `Umar, dari `Abdil A'la,

dari Abi Jamilah, yang bersumber dari `Ali k.w.)

 

Hadits : 121

 

"Rasulullah saw. pernah berbekam pada dua urat leher dan tengkuk. Beliau

berbekam pada tanggal 17,19, dan 21."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdul Quddus bin Muhammad al `Athar al Bashri, dari `Amr bin

`Ashim, dari Hamman, dan diriwayatkan pula oleh Jarir bin Hazm, keduanya menerimanya

dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 122

 

"Rasulullah saw. bersabda :"Barangsiapa berbekam pada tanggal 17,19 dan 21,

tentulah tindakannya itu jadi penyembuh bagi setiap penyakit."

 

(Riwayat Abu Daud)

 

  48/KEHIDUPAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 123

 

"Kami berada di samping abu Hurairah r.a. sedang ia memakai dua lembar kain

kattan* yang dicelup bahan Lumpur merah. Lalu ia membuang ingusnya pada

salah satu dari dua kainnya itu. Ia berkata : "Bakh, Bakh*". Abu Hurairah

membuang ingusnya pada kain kattan itu. Selanjutnya ia bercerita :"Sungguh,

aku teringat kembali ketika aku tersungkur diantara mimbar Rasulullah saw.

dengan kamar `Aisyah r.a. karena pingsan. Tiba-tiba datang seorang laki-laki

lantas ia letakkan kakinya di atas leherku. Ia mengira aku dalam keadaan gila.

Sebenarnya aku tidak gila, tapi kejadian itu hanyalah kelaparan."

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Hammad bin Zaid, dari Ayyub, yang bersumber

dari Muhammad bin Sirin*)

 

• Kain Kattan ialah kain yang terbuat dari serat kayu. Atau kain yang dibuat dengan cara kasar,

biasanya disebut kain rami.

• bakh, bakh ialah kalimat yang sering digunakan oleh orang Arab untuk menyatakan rasa

kagum, atau rasa senang, atau tidak menyenangi sesuatu. Pada hadist ini, kalimat bakh,

bakh berarti suatu isyarat terhadap pernyataan kurang senang, atau keadaan yang

menyedihkan.

Muhammad bin Sirin al Bashri adalah maula (budak yang dibebaskan) Anas bin Malik r.a.

 

Hadits : 124

 

"Rasulullah saw. tidak pernah kenyang makan roti, dan tiada pula dengan

daging, kecuali dalam keadaan dlaffaf."

 

Malik bin Dinar selanjutnya berkata: "Aku bertanya kepada seorang laki-laki dari

pedusunan: "Apa yang dimaksud dengan dlaffaf?" Ia menjawab: "Makan

bersama orang banyak."

 

 

(Diriwayatkan oleh Qutaibah, dari Ja'far bin Sulaiman ad Dluba'I, yang bersumber dari

Malik bin Dinar r.a.)

 

Hadits : 125

 

 "Sesungguhnya kami, keluarga Muhammad saw. pernah selama sebulan tidak

menyalakan api (tidak menanak apapun) kecuali korma dan air."

 

(Diriwayatkan oleh Harun bin Ishaq, dari `Ubadah, dari Hisyam bin `Urwah, dari ayahnya

yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

Hadits : 126

 

"Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya aku dijadikan takut oleh Allah dan

tiada seorangpun yang diberi rasa takut sebagaimana aku. Sungguh, aku telah

ditimpa cobaan di jalan Allah, dan tiada seorangpun yang mendapat cobaan

sebagaimana aku. Sungguh merupakan pengalaman bagiku, yaitu selama tiga

puluh hari tiga puluh malam, aku dan bilal tidak mendapatkan makanan yang

pantas dimakan orang yang mempunyai rongga perut. Waktu itu hanya ada

sedikit makanan yang disembunyikan pada ketiak bilal."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Rauh bin Aslam Abu Hatim al Bashri,

dari Hammad bin Salamah, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.)

 

  49/NAMA-NAMA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 127

 

Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya bagiku ada beberapa nama, Yaitu:

Aku Muhammad, aku Ahmad dan aku al Mahi, maksudnya: dengan jalan aku,

Allah membasmi kekafiran. Aku juga digelari al Hasyir, yang maksudnya: umat

manusia dihimpun di belakangku. Akupun digelari al `Aqib (penerus para Nabi)"

al Aqib adalah yang tiada diiringi di belakangnya oleh hadirnya seorang Nabi."

 

(Diriwayatkan oleh Sa'id bin `Abdurrahman al Makhzumi dan lainnya, dari Sufyan, dari az

Zuhri, dari Muhammad bin Jabir bin Muth'im bin `Adi*, yang bersumber dari bapaknya)

 

Muth'im bin `Adi adalah pembesar kota Mekkah.

 

Hadits : 128

 

"Aku bertemu dengan Nabi saw. pada suatu jalan di Madinah. Ia bersabda: "Aku

Muhammad, aku Ahmad, aku Nabiyur-Rahmah( Nabin pembawa Rahmat) dan

aku Nabiyut-Thaubah (Nabi pengajar taubah). Aku al Muqaffi (yang datang

mengikuti jejak para Nabi). Aku al Hasyir dan Nabiyul Malahim (Nabi yang

mengalami beberapa peperangan). "

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Tharif al Kufi, dari Abu Bakar bin `Iyyasy*, dari `Ashim,

dari Abi Wa'il, yang bersumber dari Hudzaifah r.a.)

 

Abbu Bakar bin `Iyyasy, nama sebenarnya diperselisihkan. Ada yang mengatakan

Muhammad, ada yang mengatakan `Abdullah, atau Salim, atau Syu'bah. Namun

kesemuanya juga Tsiqat.

 

  50/USIA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 129

 

"Nabi saw. tinggal di Mekkah (setelah menjadi Rasul) tiga belas tahun. Di sana

beliau mendapat wahyu. Di Madinah sepuluh tahun. Beliau wafat dalam usia

enam puluh tiga tahun."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Rauh bin `Ubadah, dari Zakaria bin Ishaq, dari

`Amr bin Dinar, yang bersumber daari Ibnu `Abbas r.a.)

 

Hadits : 130

 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. wafat dalam usia enam puluh tiga tahun."

 

(Diriwayatkan oleh Husein bin Mahdi al Bashri, dari `Abdurrazaq, dari Ibnu Juraij, dari

Juraij, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  51/WAFAT RASULULLAH SAW

 

Hadits : 131

 

"Terakhir kali aku memandang Rasulullah saw. yaitu tatkala tirai kamarnya

dibuka pada hari Senin. Aku memandang wajahnya bagaikan kertas mushaf

(dalam keelokan dan kebersihannya) . Orang-orang shalat di belakang Abu

Bakar r.a. Hampir saja terjadi kegoncangan diantara umat, kemudian ia (Abu

Bakar r.a.) memerintahkan umat agar tenang. Abu Bakar memimpin mereka, tirai

kamar Nabi saw. dibuka, dan Rasulullah saw. kedapatan telah wafat pada akhir

hari itu."

 

(Diriwayatkan oleh Abu `Ammar al Husein bin Huraits, dan diriwayatkan pula oleh

Qutaibah bin Sa'id dan sebagainya, mereka menerima dari Sufyan bun `Uyainah, dari

Zuhri, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

 

Hadits : 132

 

"Tatkala Rasulullah saw. sakit, beliau (Rasulullah) sempat pingsan, kemudian

sadar kembali. Beliau bersabda: "Apakah waktu shalat telah tiba?" Para sahabat

menjawab: "Ya". Kemudian beliau bersabda: "Perintahkan Bilal agar

mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar shalat (menjadi

imam) bagi umat (atau beliau berkata, perawi ragu) bersama umat." Selanjutnya

Salim berkata: "Kemudian beliau pingsan kembali, kemudian sadar kembali,

seraya bersabda: "Apakah waktu shalat tiba telah tiba ?" Para sahabat

menjawab: "Ya". Kemudian beliau bersabda: "Perintahkan agar Bilal

mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar melaksanakan

shalat bersama umat." `Aisyah berkata (usul) kepada Rasulullah saw. :

"Sesungguhnya ayahku amat perasa. Bila ia berdiri di tempat itu (tempat

Rasulullah saw. mengimami), ia akan menangis, dan ia takkan mampu berdiri.

Bagaimana sekiranya Anda perintahkan saja orang lain!" Salim bercerita lagi:

"Kemudian beliau pingsan lagi, kemudian sadar kembali, seraya bersabda:

"Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu

Bakar melaksanakan shalat dengan umat (menjadi imam).Sesungguhnya kalian

(wahai kaum wanita) bagaikan wanita pada masa Nabi Yusuf**." Kemudian

Salim melanjutkan ceritanya: "Maka Bilal diperintahkan, ia pun

mengumandangkan adzan dan Abu Bakar diperintah, ia pun shalat bersama

umat (menjadi imam). Kemudian Rasulullah saw. agak berkurang rasa sakitnya,

maka beliau bersabda: "Carikan untukku orang yang bersedia aku telekani!"

Maka datanglah Burairah* dan seorang laki-laki lainnya, kemudian Rasulullah

saw. bertelekan pada keduanya. Manakala Abu Bakar melihatnya, ia pun

mengundurkan diri (dari kedudukan menjadi imam), namun Rasulullah saw.

mengisyaratkan agar ia tetap di tempat, akhirnya Abu Bakarpun selesai

mengerjakan shalat (mengimami). * Kemudian Rasulullah saw. wafat, maka

`Umar bin Khattab r.a. berkata: "Demi Allah, tiada seorangpun yang kudengar

menyebutkan Rasulullah saw. wafat, melainkan akan kupancung (kepalanya)

dengan pedangku ini!" Salim menceritakan lagi: "Umat pada waktu itu tidak

mengetahui. (Hal itu dapat di mengerti) sebab sebelumnya tidak ada pada

seorang Nabi. Maka sewaktu `Umar berbuat demikian umat hanya berdiam diri.

Kemudian mereka berkata: "Wahai Salim! Berangkatlah engkau menemui

sahabat Rasulullah saw. (Abu Bakar) dan panggillah kemari!" Kutemui Abu

Bakar sewaktu ia berada di dalam masjid. Kudekati dia sambil menangis karena

kebingungan. Manakala ia melihat daku, iapun bertanya: "Apakah Rasulullah

saw telah wafat?". Aku menjawab: sungguh umar berkata: "tak seorangpun yang

kudengar menyebut rasulullah saw. wafat, melainkan ia akan aku pancung

dengan pedangku ini!" Abu Bakar berkata kepadaku: "Sudah, berangkatlah! "

Maka berangkatlah aku bersamanya. Setibanya, orang-orang telah masuk ke

rumah Rasulullah saw., untuk itu ia berkata: "Wahai umat Muhammad! Berilah

aku jalan!" Kemudian mereka memberi jalan untuk Abu Bakar. Ia menghampiri

jenazah Rasulullah saw. ia bersimpuh dan menyentuhnya, seraya membaca al-

Qur'an (Q.S 39 az Zumar: 30), yang artinya: "Sesungguhnya engkau akan mati

dan sesungguhnya mereka pun akan mati." Para sahabat bertanya: "Wahai

sahabat Rasulullah saw! (ditujukan kepada Abu Bakar) Apakah Rasulullah saw.

telah wafat ?". Ia (Abu Bakar) menjawab: "Ya". Tahukah mereka bahwa benar

apa yang terjadi. Mereka berkata: "Wahai sahabat Rasulullah, apakah dilakukan

shalat jenazah juga bagi Rasulullah saw. ?" Ia menjawab: "Ya". Mereka bertanya

lagi: "Bagaimanakah caranya?". Ia menjawab: "Serombongan masuk, kemudian

bertakbir, membaca shalawat dan berdo'a, kemudian keluar. Setelah itu

masuklah serombongan berikutnya, lalu bertakbir, membaca shalawat dan

berdo'a, kemudian keluar sampai semua orang kebagian." Mereka bertanya lagi:

"Wahai sahabat Rasulullah saw! Apakah Rasulullah saw juga dikebumikan? ". Ia

menjawab: "Ya". Mereka bertanya: "Di mana?". Ia menjawab: "Di tempat beliau

wafat, di mana Allah mencabut ruhnya pada tempat itu, karena Allah tidak

mencabut ruhnya melainkan pada tempat yang baik." Yakinlah mereka bahwa

apa yang dikatakan Abu Bakar itu benar. Kemudian ia memerintahkan mereka

agar yang memandikan beliau adalah sepupu beliau dari garis keturunan ayah

beliau. Orang-orang Muhajirin bermusyawarah (tentang khalifah sesudahnya)

maka berkatalah mereka: "Temuilah teman-teman kita dari kelompok Anshar,

kita ikut sertakan mereka bersama kita pada perumusan perkara ini (Khalifah)!"

Golongan Anshar berkata: "Dari golongan kami seorang wakil." `Umar bin

Khattab berkata: "Siapakah gerangan yang dapat menandingi orang yang

memiliki tiga keutamaan? Ia adalah salah seorang dari dua orang di kala

keduanya (Abu Bakar dan Nabi saw.) berada di dalam gua. Di kala itu Rasulullah

saw. bersabda: "Janganlah kamu berduka cita sesungguhnya Allah bersama

kita." (Q.S. at Taubah:40). Siapakah gerangan orang yang berdua itu? Salim

melanjutkan ceritanya: Kemudian ia (`Umar) mengulurkan tangannya, maka

mereka para sahabat berbai'at kepadanya (Abu Bakar) dan seluruh umat pun

ikut memberikan bai'at kepadanya dengan bai'at yang tulus ikhlas."

 

(Diriwayatkan oleh Nashr bin `Ali al Jahdlami, dari `Abdullah bin Daud, dari Salamah bin

Nubaith, dari Nu'aim bin Abi hind, dari Nubaith bin Syarith, yang bersumber dari Salim bin

`Ubaid r.a.)

 

• Salim bin `Ubaid al Asyja'i adalah sahabat Rasulullah saw. Yang Tsiqat. Ia adalah salah

seorang dari ahli shufah (yang tinggal diemper masjid), Sebagaimana Abu Hurairah.

Periwayatannya dikeluarkan oleh ahli hadist yang empat dan imam Muslim.

• Maksudnya dalam menyatakan perasaan yang tersembunyi.

• Burairah berasal dari Habsyi, ia adalah budak yang telah dimerdekakan oleh `Aisyah r.a.

 

  52/HARTA PUSAKA RASULULLAH SAW

 

Hadits : 133

 

"Rasulullah saw. tidak meninggalkan pusaka kecuali sebilah pedang, seekor

keledai dan sebidang kebun yang dijadikan sebagai sedekah."

 

(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Husein bin Muhammad, dari Israil, dari Abi Ishaq,

yang bersumber dari `Amr bin al Harits r.a.*)

 

Ia adalah saudara Juraiyah (isteri Rasulullah saw.)

 

  53/MIMPI BERTEMU DENGAN RASULULLAH SAW

 

Hadits : 134

 

"Barang siapa bermimpi melihatku di dalam tidurnya maka sesungguhnya ia

benar-benar melihatku. Karena sesungguhnya syaitan tidak mampu

menyerupaiku. "

 

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari

Abi Ishaq, dari Abil Akhwash, yang bersumber dari `Abdullah bin Mas'ud.")

 

Hadits : 135

 

"Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: "Barang siapa melihat aku pada waktu tidur

(mimpi), maka sesungguhnya ia benar-benar melihat aku. Sesungguhnya syaitan

tidak dapat menyerupaiku. " Beliau bersabda lagi: "Dan mimpi orang yang

Mu'min itu merupakan satu bagian dari 46 bagian sifat kenabian."

 

(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman ad Darami, dari Mu'alla bin Asad, dari

`Abdul `Aziz bin Mukhtar, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.)

 

PENUTUP

 

Dengan segala kerendahan diri, puji serta syukur kita hanya teruntuk Tuhan

yang satu, Tuhan Yang Agung, Tiada Tuhan Selain-Nya, Allah swt. serta

shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita, suri

tauladan kita, ya Habiballah Nabi Muhammad saw. Beserta keluarga, sahabat

dan pengikut-pengikutny a hingga akhir zaman.

Sungguh betapa indah dan betapa beruntungnya umat Nabi saw. yang hidup di

masa beliau hidup, umat yang ikut setiap jejak langkah beliau berjihad fi sabilillah

di bawah panji la ilaha ilallah. Namun sebenarnya kita lebih baik karena kita umat

Nabi saw. Yang hidup di masa beliau telah tiada berabad-abad lalu tetapi kita

selalu mencintai dan merindukan Rasulullah saw. dan seharusnyalah bila kita

mengaku mencintai dan merindukan beliau maka ikutilah sunnah- sunnah beliau

tetapi tetap dahulukanlah yang wajib. Sesungguhnya Nabi saw. Tidak akan puas,

tidak akan bahagia, tidak akan senang jikalau seorang dari umat beliau masih

berada dalam neraka.

Wahai Rasulullah saw. betapa indahnya dirimu, engkau suri tauladan yang

baik.

Wahai Rasulullah engkau adalah sebaik-baik ciptaan yang diciptakan oleh

Allah swt.

Wahai Rasulullah saw. betapa dinantikannya dirimu, hingga para Nabi

sebelummu pun ingin menjadi umatmu.

Wahai Rasulullah saw. betapa dicintainya engkau, hinga saat engkau wafat

tiada yang percaya bahkan sahabat `Umar berkata: "Tak seorangpun yang

kudengar menyebut Rasulullah saw. wafat, melainkan ia akan kupancung

dengan pedangku ini!"

Wahai Rasulullah saw. sungguh diri ini, ruh ini dan seluruh umatmu umat

muslim mencintai dan merindukanmu, maka berilah syafa'at kepada kami

dihari akhirat nanti agar kami dapat berkumpul dengan engkau di surga

Allah swt.

Sungguh tiada kesenangan yang melebihi kesenangan disaat terlantunkan

kalimat-kalimat Al-Qur'an.

Sungguh tiada kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan disaat teringat akan

kabar gembira yang dijanjikan Allah swt dalam setiap ayat Qur'an.

Sungguh tiada kesedihan melebihi kesedihan disaat terbaca kalimallah yang

mengabarkan tentang kepedihan yang akan kau berikan kepada orang-orang

yang lalai.

Sungguh tiada ketakutan yangt melebihi ketakutan akan azabmu yang pedih.

Dan sungguh tiada ketenangan dan kedamaian yang tercipta layaknya saat

terlantunkan lisan dan hati ini mengucap LA ILAHA ILALLAH MUHAMMADUR

RASULULLAH.

Ya Allah semoga buku ini dapat menyegarkan hati umat islam dan mengabarkan

betapa mulianya manusia yang Kau ciptakan sebagai khataman nabiyyin.

 

Semoga kami yang mempelajari buku ini Kau masukkan ke dalam golongan

orang-orang yang Kau ampuni dosanya dan orang-orang yang mendapatkan

syafa'at dari Baginda Nabi Muhammad saw.

Amiin ya robbal `Alamiin.

Disalin dari tarjamah hadist mengenai PRIBADI DAN BUDI PEKERTI

RASULULLAH SAW.

karya At-Tirmidzi

 

AS – SYAMAIL MUHAMMADIYYAH


 

Aslinya : 32 halaman terjemahan

selesai edit tggl 24-4-2021

malam 11 ramadhan 1442 h menjelang buka puasa

alhamdulillaah.

Aswady.chairullah

Laila majnun

   Sumber     https://tausyah.wordpress.com/Majnun-Laila Majnun (Qais) dan Laila Tentu Antum/Anti sudah pernah mendengar maupun membaca kisa...